Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada yang di kenal sebagai PSLH UGM didirikan sebagai bentuk kepedulian masyarakat akademik terhadap berbagai persoalan lingkungan yang ada di Indonesia. PSLH UGM memiliki berbagai bidang kegiatan yaitu Penelitian, Pelatihan dan Pengabdian Masyarakat yang di lakukan oleh beberapa Tenaga Pendidik dan Tenaga Ahli dibidangnya. PSLH UGM memiliki Perpustakaan yang bertujuan untuk mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam menunjang adanya Tri Dharma Perguruan Tinggi Perpustakaan PSLH UGM memiliki berbagai jenis koleksi seperti textbook, referensi, jurnal, dan laporan penelitian. Perpustakaan PSLH UGM juga terintegrasi dengan Perpustakaan Pusat UGM dengan menggunakan penulusuran informasi melalui OPAC (Online Public Acces Catalog) sehingga pemustaka dapat mencari buku yang diperlukan melalui website tersebut kemudian muncul berbagai informasi penyedia buku dari berbagai perpustakaan yang ada di UGM.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan kunjungan Audiensi pada hari Kamis tanggal 8 September 2022 ke Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dihadiri oleh Ibu Dra. Heni Susiati, M.Si. yang mewakili Direktorat Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran BRIN menyampaikan, bahwa Audiensi yang dilakukan ke PSLH UGM dalam rangka mendapatkan masukan untuk Penyusunan Naskah Kebijakan pemanfaatan Nuklir, terkait program Net Zero emmission, teknologi aplikasi pangan, EBT, dan pemanfaatan nuklir untuk bidang lainnya.
Pada tanggal 28 Juli Tahun 2022, Majelis Umum PBB menyetujui sebuah resolusi bersejarah, yang menyatakan, bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan. Deklarasi Majelis Umum PBB telah mengakhiri perdebatan terhadap pengakuan hak atas lingkungan. Sehingga secara universal telah diakui, bahwa hak atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan adalah hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara-negara di seluruh dunia.
Majelis Umum mengatakan, bahwa perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah menjadi ancaman mendesak bagi masa depan umat manusia. Pengakuan hak atas lingkungan sangat penting untuk mengatasi krisis tiga planet, mencakup perubahan iklim, pencemaran, dan kerusakan lingkungan adalah tantangan hak asasi manusia terbesar saat ini.
Deklarasi St Petersburg
Hari Harimau Sedunia (Global tiger Day) yang diperingati setiap tanggal 29 Juli, sudah diperkenalkan sejak tahun 2010. Saat itu, 13 perwakilan pemerintah negara pemilik habitat harimau yang tersisa di alam liar, dalam kerangka the Global Tiger Forum mengadakan pertemuan International Tiger Summit yang berlangsung di Saint Petersburg Tiger Summit, Rusia, pada tanggal 21 – 24 November 2010.
Negara-negara tersebut adalah Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand, dan Vietnam menjadi penjaga harimau yang tersisa di alam liar.
Ramainya polemik penggunaan aplikasi dalam pembelian bahan bakar minyak bersubsidi Pertalite di tanah air semakin mengukuhkan, bahwa Minyak dan Gas Bumi masih merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Baru-baru ini, pemerintah melalui SKK Migas telah telah menetapkan target produksi minyak 1 juta barel minyak per hari (bopd) pada 2030 mendatang. Karenanya SKK Migas terus mendorong kegiatan pengeboran sumur pengembangan dalam rangka meningkatkan produksi migas nasional.
Populasi seringkali menjadi kambing hitam dalam persoalan yang timbul di lingkungan hidup. Meningkatnya populasi (khususnya manusia) dianggap menjadi penyebab lingkungan hidup semakin terdegradasi. Namun apakah asumsi tersebut sepenuhnya benar?
Memahami Populasi
Istilah populasi muncul dalam kehidupan manusia seringkali pertama diperkenalkan melalui keilmuan biologi. Ketika masih di usia sekolah dasar, istilah populasi telah diperkenalkan sebagai sekumpulan individu sejenis (memiliki ciri-ciri sama) dan hidup di tempat (habitat) yang sama. Namun apabila menggunakan kacamata keilmuan lain seperti statistik, maka populasi merupakan data secara keseluruhan yang menjadi fokus penelitian dengan ruang lingkup dan waktu tertentu.
Aktivitas manusia berpengaruh besar pada kondisi bumi, bukan tidak mungkin manusia di masa depan akan ditenggelamkan oleh ciptaannya sendiri, yaitu plastik.
Istilah Antroposen diperkenalkan hampir dua dekade lalu oleh ilmuwan atmosfer sekaligus peraih Nobel, Paul Crutzen, dan ahli biologi Eugene Stoermer. Antroposen merujuk kepada suatu zaman geologis baru yang menunjukkan peningkatan intensitas aktivitas manusia yang mempengaruhi lingkungan global.
Aktivitas manusia awalnya diusulkan sebagai salah satu penyebab perubahan lingkungan yang ada di planet ini, sama halnya dengan perubahan zaman geologis sebelumnya (Pleistosen hingga Holosen), atau bahkan lebih besar. Sejak saat itu, istilah Antroposen banyak digunakan di berbagai kalangan baik ilmiah maupun non ilmiah. Namun, istilah tersebut masih belum diresmikan oleh International Union of Geological Science (IUGS). Hal ini diragukan karena, “Apakah manusia telah mengubah sistem Bumi ke titik yang tercermin dalam lapisan batuan?”.