Indonesia membutuhkan para pejuang lingkungan hidup, karena kita berlomba untuk mencegah dan menanggulangi tiga krisis planet (triple planetary crises), yang tak terelakkan dalam menjalani proses pembangunan. Telah banyak tindakan yang dilakukan oleh individu atau organisasi untuk mengambil langkah berani, dengan melindungi dan melestarikan lingkungan hidup serta mempertahankan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Mereka telah memimpin dengan memberi contoh, menantang perilaku, dan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk turut aktif berperan serta dalam memperjuangkan lingkungan hidup. Spirit perlindungan lingkungan yang dipancarkan oleh para pejuang lingkungan diharapkan menjadi pendorong bagi cita-cita Indonesia, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/ SDGs).
Tim penelitian kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Griffith University dan Southern Cross University berhasil membuat suatu penemuan penting terkait lukisan gua di wilayah Sulawesi, Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian berjudul, “Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago” yang dipublikasikan dalam jurnal nature tersebut, diyakini seni cadas (rock art) yang menggambarkan tiga figur menyerupai manusia sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan, adalah lukisan gua tertua yang pernah ditemukan hingga saat ini.
Pada awal bulan Juni Tahun 2024 ini, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengeluarkan kebijakan yang mendorong pengurangan limbah dalam penyajian makanan dan minuman di lingkungan kampus UGM. Hal tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor: 6627/UN1.P4/PL.00.00/2024 tentang Upaya Pengurangan Limbah Dalam Penyajian Makanan Dan Minuman Pada Pesanan Konsumsi Di Universitas Gadjah Mada.
Surat edaran yang ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM tersebut, mendorong pengurangan sampah kemasan dalam pelaksanaan pengadaan makanan dan minuman di lingkungan Universitas Gadjah Mada pada aplikasi sistem pengadaan barang/jasa tahun 2024.
Bagian 2.
Setiap tanggal 20 Mei, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan Peringatan Hari Lebah Sedunia (World Bee Day) untuk meningkatkan kesadaran serta memfasilitasi tindakan pelestarian satwa lebah dan penyerbuk lainnya, sebagai upaya menunjang pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Penyerbukan sangat penting bagi kehidupan di planet Bumi. Proses Penyerbukan atau yang terkadang juga disebut sebagai “jasa lingkungan penyerbukan (pollination services)” adalah perpindahan serbuk sari antara bagian bunga jantan dan betina untuk memungkinkan pembuahan dan reproduksi. Seperti halnya proses reproduksi seksual pada hewan, maka proses penyerbukan pada tumbuhan merupakan proses awal dalam keberlangsungan siklus hidup tumbuhan.
Air adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, baik bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air menjadi sumber daya bagi manusia untuk menunjang kesejahteraan, dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, kesehatan, mata pencaharian dan pembangunan ekonomi, serta mendukung ketahanan pangan dan energi dan mempertahankan integritas lingkungan.
Secara internasional, akses terhadap air dan sanitasi telah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai hak asasi manusia yang penting bagi kesehatan, martabat, dan kesejahteraan setiap orang. Hak asasi manusia atas air minum yang aman serta sanitasi pertama kali diakui oleh Majelis Umum (the General Assembly) PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia sebagai bagian dari hukum internasional yang mengikat, melalui Resolusi PBB A/RES/64/292 (The human right to water and sanitation) yang diadopsi pada bulan Juli tahun 2010. Dalam perkembangannya, hak asasi manusia atas sanitasi secara eksplisit diakui sebagai hak tersendiri melalui Resolusi Majelis Umum PBB A/RES/70/169 (The human rights to safe drinking water and sanitation) pada tahun 2015.
Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April, merupakan momentum terbesar tahunan untuk meningkatkan kesadaran atas kesehatan planet bumi sekaligus peran serta setiap manusia dalam melestarikannya.
Senator Gaylord Nelson bersama seorang aktivis muda Denis Hayes menjadi pencetus awal peringatan hari bumi yang terinspirasi dari kekuatan pelajar dan mahasiswa dalam menentang Perang Vietnam. Hari Bumi pertama yang dirayakan 54 Tahun lalu, yaitu tahun 1970 dirancang sebagai “pengajaran lingkungan” yang akan mendidik peserta tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Keluarga besar Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM telah mengadakan syawalan dalam rangka silaturahmi Hari Raya Idul Fitri 1445 H, pada hari Senin tanggal 22 April 2024.
Tradisi halal bihalal di kalangan masyarakat Jawa setelah bulan Ramadhan tersebut, dihadiri oleh seluruh tenaga kependidikan (Tendik) PSLH UGM, pensiunan serta mitra kerja yang terdiri atas peneliti dan pengajar yang terafiliasi dengan PSLH UGM.
Acara yang dibuka langsung oleh Pimpinan PSLH UGM saat ini, bapak Hasrul Hanif, S.IP, MA, Ph.D tersebut menjadi sarana untuk menjalin silaturrahmi dan saling memaafkan antar sesama, sebagai bentuk implementasi dari nilai-nilai Islam.