Dwita Hadi Rahmi*, H.A Sudibyakto**, H. Sutikno**, Laretna T. Adishakti***
*Program Studi Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
Kantor: Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta 55281
e-mail: dwita_hr@yahoo.com
**Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
***Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
kelestarian lingkungan
Auldry F. Walukow
Jurusan PMIPA Universitas Cenderawasih Jayapura Papua
Perum Dosen UNCEN Jayapura No.7 Waena
Email: auldrywalukow@yahoo.co.id
Kota pesisir di Indonesia saat ini mulai berkembang pesat sejak pembangunan di bidang industri dan permukiman meningkat. Selain itu, pesatnya perkembangan juga didukung oleh kegiatan perekonomian daerah yang mengarah pada wilayah kepesisiran. Pertumbuhan ekonomi tersebut sering menjadi pemicu kerusakan lingkungan wilayah kepesisiran jika tidak diimbangi dengan perencanaan wilayah berbasis pada pertumbuhan kota yang berkelanjutan (sustainable city).
Bencana banjir bandang yang melanda Kota Padang pada 24 Juli lalu diketahui menimbulkan kerugian beberapa rumah hanyut, ratusan rumah terendam dan pengungsi mencapai 1.200 jiwa. UGM mengirimkan tim peneliti untuk meneliti faktor penyebab banjir serta membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi peristiwa serupa. Selama dua hari, 28-29 Juli, dari hasil temuan tim menduga bahwa banjir bandang tersebut terjadi akibat bendung alam di aliran sungai Limau Manis yang ada di bukit barisan. “Dugaan kami, sungai limau manis mengalami pembendungan alam akibat erosi,” kata Dr. Salahuddin Husein kepada wartawan, Senin (13/8).
Warga Surabaya dalam beberapa waktu terakhir diresahkan dengan adanya serangan serangga Tomcat atau kumbang Paederus yang tiba-tiba muncul dalam jumlah besar. Tidak sedikit warga yang tinggal di apartemen East Coast, Kenjeran, dan Wonorejo mengalami peradangan kulit (dermatitis) akibat serangga ini. Data terakhir menunjukkan setidaknya 13 kecamatan di Kota Surabaya yang terkena dampak serangan Tomcat
Implementasi education for sustainable development (EfSD) di masyarakat masih banyak menghadapi kendala dan tantangan yang tidak sederhana. Bukan hanya karena masalah mengembangkan metode yang relevan untuk mempertahankan dan memelihara keanekaragaman serta kelestarian bio-hayati, tetapi juga berpapasan dengan kemauan dan pengetahuan masyarakat. Sesuatu yang dianggap baik dan ilmiah di ruang kuliah tidaklah serta-merta dapat diterima oleh masyarakat, karena boleh jadi dirasakan masyarakat bertentangan dengan keyakinan, keinginan serta ritual yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan mereka.
Penyusunan rencana pengaturan kelestarian hutan (RPKH) yang dijadikan sebagai pedoman operasional dalam pengelolaan hutan di Jawa oleh Perhutani rupanya tidak menunjukkan perubahan substansial yang mendasar sebagai suatu sistem perencanaan sumber daya hutan intergralistik. Hal ini dapat dilihat tidak dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan hutan.