Wakil Presiden Boediono mengatakan pemerintah Indonesia berupaya menyeimbangkan pertumbuhan tinggi dan menjaga dampaknya terhadap lingkungan. Dia menyampaikan hal itu pada diskusi bertema Inclusive Asia: Reinvigorating the millenium development goals (MDGs), pagi ini. Acara ini merupakan bagian dari konferensi World Economic Forum-East Asia hari kedua.
Di hadapan para panelis dan peserta konferensi, Boediono mengakui dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7%, dan mungkin 9%, dampaknya terhadap lingkungan pasti ada. “Kami terus memantau hal itu serta pencapaian target-target MDGs dan mengompromikan pertumbuhan tinggi sambil menjaga lingkungan,” ujarnya.
Pembicara lainnya dalam diskusi itu adalah guru besar ekonomi Jeffrey Sachs, Managing Director-General ADB Rajat M. Nag, Thomas Stelzer dari PBB dan Tony Meloto dari Gawad Kalinga, sebuah social entrepreneur dari Filipina.
Menurut Boediono, Indonesia akan mampu mewujudkan sejumlah target MDGs pada 2015. Saat ini, katanya, yang sudah tercapai adalah upaya mengatasi kemiskinan absolut, kesetaraan jender di sekolah dan lapangan kerja, serta masih banyak lagi.
“Kami sedang fokus menekan angka kematian ibu dan bagaimana program itu mencapai daerah-daerah pedalaman.”
Tantangan lain adalah soal HIV/AIDS, yang jumlahnya meningkat di Indonesia.
Indonesia juga terus berupaya mengurangi emisi dan memainkan peran penting dalam menekan emisi global. Sementara itu, Jeffrey Sachs dari The Earth Institute mengatakan perkembangan paling baik dari MDGs terjadi di Asia karena pertumbuhan ekonominya yang kuat. Akan tetapi soal lingkungan, menurut dia, perlu global broad model guna mendorong teknologi terbarukan.
Perubahan iklim dengan dampaknya berupa banjir besar, tanah longsor, dan lainnya, merupakan tantangan yang butuh kerja sama banyak negara. “Perlu new growth paradigm yang mengadopsi lingkungan,” kata Sachs.
Sumber: Bisnis.com