Fakultas Biologi dan Program Magister Managemen (MM) UGM tengah mengembangkan potensi sumber daya alam berbasis riset di Desa Kemadang, Kabupaten Gunung Kidul, untuk mendukung pogram peningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir pantai. Beberapa potensi sumber daya alam yang akan dikembangkan, antara lain, budidaya tanaman cabe jawa (piper retrotractum), pemanfaatan tanaman pandan duri, konservasi penyu mandiri, pelestarian spons laut Aaptos, dan pemanfaatan kitosan untuk obat antikanker.
Sebanyak 17 kelompok tani dan nelayan dusun, 17 kelompok PKK dan perwakilan karang taruna dilibatkan dalam sosialisasi pemanfaatan sumber daya alam yang disampaikan lima peneliti I-MHERE (Indonesia-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency) Project Fakultas Biologi. Bersamaan dengan itu, juga diberikan pelatihan kewirausahaan oleh praktisi kewirausahaan dari MM UGM.
Slamet Widiono, M.Si. selaku pelaksana dan penggagas kegiatan mengatakan sosialisasi pemanfaatan sumber daya alam Desa Kemadang bertujuan untuk mengaplikasikan hasil riset pemenang hibah penelitian I-MHERE. Dari 10 pemenang hibah IMHERE, telah dipilih lima hasil riset untuk diterapkan di Desa Kemadang. Slamet mengatakan hasil akhir pelatihan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis riset ini akan dipilih 10 UMKM yang akan didanai modal bergulir. “Masing-masing akan mendapatkan dana 5 juta rupiah,” kata Slamet.
Fahrauk Faramayuda, S.Si. Apt., salah satu peneliti I-MHERE, menyampaikan salah satu hasil penelitiannya tentang potensi pertanian yang dapat dikembangkan di Desa Kemadang adalah pemanfaatan potensi budidaya tanaman cabe jawa. Tanaman ini sangat relevan dibudidayakan. Pasalnya, tekstur tanah dan ketinggian lahan 600 meter di atas permukaan laut sehingga sangat cocok ditanam di daerah yang dekat pantai. “Di Indonesia, budidaya cabe jawa masih sedikit, padahal kebutuhan pasar masih sangat tinggi, baru dikembangkan di empat daerah, Lampung, Lamongan, Madura dan Pacitan. Selain dibutuhkan dalam negeri, cabe jawa merupakan komoditas ekspor,” tuturnya.
Farouk menjelaskan cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan. Efek hormonal tanaman ini dikenal sebagai aprodisiaka (peningkat aktivitas seksual). Buah cabe jawa sering digunakan sebagai bahan obat aprodisiaka karena mempunyai efek androgenic, anabolic, dan antivirus, sedangkan akar cabe jawa sering dipakai sebagai obat penguat rahim setelah melahirkan. Sementara itu, daunnya dapat digunakan sebagai obat kumur. “Kita akan mendatangkan bibitnya dari Madura untuk ditanam di sini dan mendampingi pemasarannya dengan menghubungkan dengan ketua sentra cabe jawa di Madura,” katanya.
Peneliti lainnya, Retno Widiastuti, mengatakan ada 600 jenis daun pandan yang ada di Indonesia. Gunung Kidul memiliki potensi bahan baku pandan terbesar se-DIY. “Terdapat 200 jenis daun pandan yang berada di daerah pegunungan dan di daerah sepanjang Pantai Kukup, Sepanjang, Kapen, dan Baron,” katanya.
Kendati demikian di daerah lain, pandan telah diolah menjadi berbagai kerajinan, seperti tas, aneka keranjang, tikar, kursi, dan meja. Namun, di Desa Kemadang bahan baku pandang belum dimanfaatkan sebagai bahan yang memiliki nilai tambah. “Kita kan membantu masyarakat sekitar dalam teknologi pengolahan dan pembuatan produk dan budidaya tanaman pandan. Nantinya tercipta desain poduk cinderamata dari pandan khas Desa Kemadang,” katanya.
Lurah Desa Kemadang, Sutono, mengatakan program pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kemadang yang 80 pesen bekerja sebagai petani tegalan dan nelayan musiman. “Bisa menambah ilmu, income, dan keterampilan. Dengan begitu, menambah kesejahteraan masyarakat,” tuturnya. Ia menyebutkan di Kemadang tercatat sekitar 6.800 jiwa atau 1.636 KK. Dari jumlah tersebut, sebagian masyarakat masuk dalam kategori prasejahtera.
Peneliti yang ikut juga memberikan sosialisasi adalah Luthfi Nur Hidayat, S.Si. (Rekonstruksi Penangkaran Penyu untuk Kawasan Wisata Konservasi), Lina Winarti, Apt. (Pemanfaatan dan Peluang Bisnis Kitosan), dan Awik Puji D.N., M.Si. (Pelestarian Spons laut Aaptor untuk Obat Antikanker). Pelatihan kewirausahaan disampaikan oleh praktisi dan dosen MM UGM, Boyke R. Punomo, S.E.,M.M.
Sumber: Humas UGM