Bencana erupsi Merapi beberapa waktu lalu telah mengancam berbagai usaha ekonomi di wilayah sekitar Merapi. Erupsi Merapi bahkan telah menyebabkan kehilangan total (100% loss) usaha produktif termasuk usaha perikanan di zona rawan bencana radius 20 km dari puncak Merapi. Salah satu yang merasakan dampak erupsi tersebut yaitu Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Kepis, Burikan, Mlati, Sleman.
Untuk mendukung penyelesaian permasalahan tersebut, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada bersama Bank Indonesia, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman melaksanakan program pendampingan dan pengembangan klaster ikan air tawar.
“Pengembangan klaster ikan air tawar ini sesungguhnya juga merupakan salah satu respon untuk mendorong recovery cepat usaha perikanan akibat bencana erupsi Merapi akhir tahun 2010 yang lalu,” ujar salah satu pendamping dari Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Suadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D, Selasa (14/2). Selain Suadi, tim pendamping dari UGM lainnya yaitu Ir. Ign. Hardaningsih, M.Si serta Fuad Nursef Ghozali, S.Pi., M.Si.
Suadi menjelaskan pengembangan secara berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sering dihadapkan pada beberapa kendala seperti kontinuitas produksi, kualitas dan kuantitas produk, keterbatasan akses pasar, dan lemahnya kualitas pengelola usaha tersebut. Permasalahan tersebut juga dijumpai oleh Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Kepis.
Program Klaster Perikanan Air Tawar di KPI Mina Kepis, kata Suadi, telah dirancang untuk diimplementasikan dalam 2 (dua) tahap. Pada tahap pertama, kegiatan lebih difokuskan pada fasilitasi sarana pendukung kegiatan kelompok dan pendampingan. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya pemberian bantuan fisik yang bersifat prioritas untuk menunjang program, yaitu parkir kendaraan dan pembuatan saluran irigasi.
Pada tahap kedua, di tahun 2012 ini akan difokuskan pada usaha peningkatan jumlah dan kualitas produksi ikan, penguatan pasar dan kelembagaan kelompok, pelibatan kelompok perempuan dan mendorong akses ke sumber-sumber pembiayaan.
“Kita mulai dari penyiapan sarana pendukung, pendampingan serta peningkatan jumlah produksi ikan,”ujar Suadi.
Sementara itu Ir. Ign. Hardaningsih, M.Si. pada kesempatan itu mengatakan pengembangan kelompok Pembudidaya Ikan Mina Kepis lebih lanjut dengan menerapkan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) perlu diterapkan. Segmen usaha pembenihan ikan perlu lebih dikuasai oleh anggota kelompok agar dapat memanfaatkan permintaan pasar pada segmen ini yang terus meningkat.
“Pengembangan kegiatan pembenihan di masa yang akan datang memerlukan fasilitas pembenihan (hatchery) yang dikelola bersama sehingga dapat meningkatkan penghasilan anggota dan kelompok,”kata Hardaningsih.
Hardaningsih menambahkan kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang menjadi domain utama KPI Mina Kepis. Kelompok ini berhasil mengembangkan konsep pemasaran yang khas “memproduksi apa yang dibutuhkan pasar, tidak sekadar menjual apa yangdiproduksi”. Ia memberikan gambaran di tahun 2011 lalu nilai penjualan di pasar kelompok terus meningkat dengan total nilai mencapai hampir Rp 1,5 miliar . Nilai tersebut secara rata-rata naik sebesar 7,7% per tahun dalam periode 2006-2011. Namun demikian, karena bencana erupsi diakhir tahun 2010, terjadi penurunan total nilai penjualan mencapai 10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Nilai tersebut kemudian meningkat secara meyakinkan pada tahun 2011, yaitu naik sebesar 26,2% dari total nilai 2010, atau meningkat secara agregat sebesar Rp 310,8 juta antara tahun 2010 dan 2011.
“Hal inimenunjukkan kemampuan recovery cepat usaha perikanan pasca bencana erupsi Merapi. Bahkan, nilai penjualan ikan KPI Mina Kepis meningkat dari Rp 75,9 juta saatpuncak erupsi Merapi di bulan Desember 2010 menjadi Rp 111,9 juta pada bulanberikutnya (setelah status bahaya Merapi diturunkan),”pungkas Hardaningsih.
Sumber: Humas UGM