Penelitian dan pengembangan iptek nuklir di Indonesia telah lama dilaksanakan, tetapi aplikasi ke arah pemanfaatan energi listrik PLTN selalu tertunda. Oleh karena itu, diperlukan konsistensi program pemerintah dan dukungan berbagai pihak. Demikian yang mengemuka dalam ‘Seminar Nuclear Based Technology: Another Side of Massive Energy’ di Fakultas MIPA, Sabtu (21/5). Seminar yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Kimia FMIPA UGM ini menghadirkan peneliti kimia nuklir, Drs. Roto, M.Eng., Ph.D., aktivis WALHI Yogyakarta, Suparlan, S.Sos., dan peneliti BATAN Yogyakarta, Prof. Ir. Syarif.
Syarif mengatakan PLTN memiliki potensi manfaat besar, tetapi juga mempunyai potensi bahaya yang sama besarnya. Seperti kecelakaan nuklir yang terjadi di Fukushima-Jepang, Chernobyl, dan Three Mile Island. “Belum lagi kekhawatiran tentang masalah limbah nuklir dan penyalahgunaan bahan nuklir,” ujarnya. Dengan belajar dari kecelakaan aplikasi energi nuklir di beberapa negara tersebut diharapkan semakin meningkatkan tingkat keselamatan PLTN di masa depan.
Sebaliknya, aktivis WALHI, Suparlan, justru menolak keberadaan pembangunan PLTN. Menurutnya, energi nuklir bukan satu-satunya energi alternatif, apalagi Indonesia memiliki sumber energi alternatif lainnya. “Energi nuklir hanya salah satu dari beberapa energi alternatif yang ada, seperti panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, mikrohidro dan biomassa,” katanya.
Namun demikian, pengembangan dan pemanfaatan serta penelitian energi altenatif selain energi nuklir masih kurang mendapat perhatian pemerintah. Oleh karena itu, pemanfaatan energi alternatif untuk masyarakat masih sangat kurang.
Suparlan juga menilai informasi kepada masyarakat tentang gagasan dan dampak rill pembangunan PLTN masih minim. Sementara itu, ancaman kecelakaannya sangat tinggi, baik karena human error maupun bencana. Kemudian, dampak jika reaktor bocor, pengelolaan limbah yang lama, dan besarnya pembiayaan untuk operasional serta proses pembebasan lahan juga menjadi pertimbangan.
Di lain pihak, Roto menuturkan teknologi nuklir selain dimanfaatkan dalam bentuk energi listrik, juga telah digunakan di dunia medis, terutama dalam diagnosis penyakit pada syaraf, deteksi tumor, dan ortopedi. “Sudah ada 100 jenis bentuk pengobatan medis dengan teknologi nuklir yang sudah digunakan,” katanya. Dosen FMIPA UGM ini menambahkan pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kedokteran sebagian besar untuk mengetahui informasi tentang fungsi dan kerja struktur organ dalam tubuh.
Sumber: Humas UGM