Riset bioteknologi bidang rekayasa genetika tanaman pangan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi pangan dunia dalam rangka memerangi angka kemiskinan dan kelaparan dunia pada tahun 2050. Oleh karena itu, pengembangan bioteknologi tanaman pangan diharapkan mampu meningkatkan hasil dan pendapatan usaha tani global serta mengurangi emisi karbon dan penggunaan pestisida.
perubahan iklim
Perubahan iklim merupakan isu global yang jadi perhatian negara di dunia. Dibutuhkan komitmen bersama dan langkah riil di lapangan untuk memperlambat perubahan cuaca. Salah satu yang ditawarkan adalah konsep mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berbasis komunitas. Hal itu jadi fokus dalam Kick Off Conference Erasmus Mundus Programme on “LEAN CC-Linking European, African and Asian Academic Networks on Climate Change” di gedung MSK Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang diinisiasi Fakultas Geografi UGM ini menggandeng sembilan universitas dari lima negara seperti Erasmus University Rotterdam, Ca’ Foscari University of Venice, Soegijapranata Catholic University of Semarang dan The University of Witwatersrand South Africa.
Penulis: Hari Kusnanto
Perubahan iklim sudah terjadi di dunia, tanpa ada yang meragukannya. Sejarah mencatat bahwa iklim memang terus-menerus berubah. Yang dipersoalkan pada saat ini adalah perubahan iklim yang bersumber dari perbuatan manusia. Khususnya ketika pemakaian bahan bakar batubara dan minyak dalam skala besar telah mengakibatkan emisi karbon sebagai penyebab utama efek rumah kaca. Hal ini menyebabkan pemanasan permukaan bumi, walaupun tidak merata di seluruh dunia.
Pakar manajemen bencana UGM, Prof. Dr. Sudibyakto, mengimbau masyarakat akademis agar tidak terkecoh dan dapat memahami secara benar isu perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi saat ini pada kenyataannya hanya variabilitas iklim. “Isu perubahan iklim hendaknya dipahami secara benar, jangan sampai menyesatkan masyarakat. Perubahan iklim terjadi apabila variabilitas iklim terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang, lebih dari 30 tahun atau bahkan 100 tahun,” jelasnya, Jumat (23/9), dalam Disuksi ‘Climate Change and Disaster Management’ di Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM.
Sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran dan menyusun upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia, Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) Fakultas Geografi UGM bekerjasama dengan UNIKA Soegijapranata dan Radboud University Nijmegen, The Netherlands menyelenggarakan workshop dengan judul “Climate and Environmental Change and Their Impacts on Livehoods, Mobility, and Regional Development”. Kegiatan digelar selama sepuluh hari, 20-30 Juni 2011.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Korea University (KU) bekerja sama riset di bidang tropical forest dan forest for food dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim global dan rehabilitasi hutan tropis. Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Kehutanan, Prof. Dr. Ir. Mochammad Na’iem, M.Agr.Sc., di sela-sela kegiatan Workshop Global Climate Change and Tropical Forest Rehabilitation, yang diadakan di Fakultas Kehutanan, Selasa (21/6). Hadir dalam workshop tersebut, dua peneliti dari Korea University, Prof. Yow Han Son dan Prof. W. K. Lee.
The Earth Institute Universitas Columbia dari Amerika Serikat (AS) mengingatkan adanya ancaman kerusakan lingkungan di kawasan Asia karena emisi gas rumah kaca yang terus meningkat di kawasan ini. “Saat ini sampai tahap stabil atau bertahan, tapi yang terjadi adalah terus meningkat setiap tahun,” kata Direktur The Earth Institute Universitas Columbia AS, Jeffrey D. Sachs, dalam Forum Ekonomi Dunia – Asia Timur (World Economic Forum on East Asia) di Jakarta, Senin.