Diperkirakan tiap tahun minimal muncul satu jenis penyakit infeksi baru yang tingkat penyebarannya dapat meluas ke berbagai negara, salah satu contoh ialah mewabahnya flu babi di Meksiko. Umumnya, penyakit ini hasil dari interaksi manusia dengan hewan dan manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, penanganan penyakit ini dilakukan melalui kolaborasi multidisiplin dan multisektor melalui konsep one health yang digulirkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO.
Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM baru-baru ini menjalin kerja sama dengan University Minnesota dan Tufsts University, Amerika Serikat, untuk mengembangkan aplikasi one health melalui tukar pengetahuan dan pengalaman, kolaborasi riset, serta pertukaran dosen dan mahasiswa.
Pakar Mikrobiologi FK UGM, dr. Abu Tholib M.Sc., Ph.D., Sp.M.K., menuturkan konsep one health sangat dibutuhkan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara yang dianggap menjadi endemik terbesar munculnya jenis penyakit infeksi baru, antara lain penyakit flu burung, malaria dengue, TBC, dan rabies, yang kini terus mengalami perkembangan dan perubahan akibat mutasi genetik. “Jika tidak diantisipasi, penyakit baru dari Indonesia bisa menyebar ke seluruh dunia dalam satu minggu,” kata Abu Tholib yang ditemui di sela-sela diskusi di FK, Selasa (8/5).
Melalui konsep one health, penyakit infeksi dari zoonosis dapat diatasi secara intensif dan lebih awal. Namun, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang melibatkan berbagai peneliti dari berbagi disiplin ilmu, meliputi dokter, dokter hewan, ahli gizi, perawat, ahli ekologi dan ilmuwan sosial.
Senada dengan itu, pakar zoonosis FKH UGM, Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama, menegaskan penanganan penyakit zoonosis tidak dapat hanya ditanggulangi melalui treatment dokter manusia, tetapi juga membutuhkan keterlibatan dokter hewan. “Penyebaran penyakit ini kepindahan dari hewan ke manusia dan sebaliknya sehingga perlu penaganan penyakit hewan yang lebih intensif,” katanya. Diakui Wayan bahwa penyakit dari hewan tersebut tidak terlepas dari dampak kebiasaan dan perilaku manusia yang berinteraksi dengan hewan. Mau tidak mau, interaksi tersebut manjadi medium penularan.
Peneliti dari University of Minnesota, Linda Olson Keller, mengatakan pengawasan dan kontrol penyebaran penyakit harus melibatkan banyak peneliti dari berbagai bidang ilmu. Di Amerika ditemukan rata-rata satu jenis penyakit baru yang muncul setiap tahunnya. Kendati dapat dikatakan bahwa tidak semua betul-betul baru, karena di antaraya hasil dari perubahan dan perkembangan dari penyakit sebelumnya. “Paling tidak, kita temukan satu penyakit baru tiap tahun,” tambahnya.
Wanita yang kerap membantu Departemen Kesehatan Amerika Serikat ini mengatakan penyakit jenis influenza masih menjadi sorotan dan mendapat pengawasan intensif Departemen Kesehatan Amerika. Flu babi di Meksiko dan West Nile Virus (Virus Nil Barat) dari Timur Tengah terus dipantau agar tidak sampai mewabah ke Amerika Serikat.
Sumber: Humas UGM