Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada bersama University of Helsinki berkolaborasi menggelar the First Indonesian Symposium on Microbial Ecology (InSME1) 2018 pada 7-8 November 2018 bertempat di University Club (UC) UGM.
Simposium ini digelar untuk mempromosikan studi di bidang microbial ecology di Indonesia serta untuk meningkatkan pengenalan akan resistansi antibiotik pada lingkungan yang terdampak oleh kegiatan manusia sebagai salah satu masalah lingkungan hidup di Indonesia.
Pada sesi akhir Simposium hari pertama, disampaikan kesimpulan hasil diskusi panel oleh Prof. Iswandi Anas selaku Ambassador International Society for Microbial Ecology (ISME) untuk Indonesia. Pada kesempatan tersebut juga dideklarasikan pendirian Indonesian Society on Microbial Ecology (InSME) sebagai wadah komunikasi diantara para peneliti dan praktisi microbial ecology di Indonesia yang akan menjadi bagian dari network ISME.
“Tujuan dari simposium ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistansi antibiotik terutama di Indonesia melalui komunikasi publik dan edukasi yang menargetkan audiens untuk menghindari kemunculan serta penyebaran resistansi antibiotik,” tutur Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Ir. Subaryono, MA., Ph.D.
Simposium yang berlangsung 2 hari ini terbagi ke dalam 3 sesi yang diisi dengan pidato kunci serta diskusi panel oleh para pakar dari Amerika Serikat, Finlandia, Jepang, serta Indonesia. Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, menuturkan, simposium ini menjadi wadah bagi para peneliti untuk saling bertukar pikiran serta pengalaman serta memperkaya riset di bidang ini. “Harapannya peneliti di Indonesia bisa menjadi lebih baik dalam mengembangkan penelitian di bidang ini,” imbuhnya.
Simposium ini diawali dengan pidato kunci oleh James M. Tiedje, peneliti di Center for Microbial Ecology, Michigan State University, Amerika Serikat. Ia memberikan pemaparan terkait microbial ecology yang berpusat pada pemahaman tipe-tipe mikroba yang menyusun sebuah komunitas, fisiologi dan biokimia yang menopang hidup mereka, bagaimana mereka merespons lingkungan, serta proses saat mereka mempengaruhi lingkungan lokal dan global.
“Microbial ecology adalah sebuah disiplin yang dibangun dari disiplin-disiplin yang sudah ada seperti mikrobiologi, biokimia, ekologi, biologi molekular, serta keilmuan yang memberikan pengetahuan habitat di mana mikroba tinggal seperti ilmu tanah, ilmu kelautan, ilmu tanaman, dan banyak lagi,” terangnya.
Topik yang diulas dalam InSME 2018 meliputi peluang serta tantangan microbial ecology di Indonesia, dimensi lingkungan dari resistansi antibiotik di Indonesia, serta pembentukan komunitas microbial ecology di Indonesia.
Selain Tiedje, beberapa pembicara yang dihadirkan dalam simposium di antaranya Prof. Marko Virta dari University of Helsinki, Finlandia, Prof. Iwan Dwiprahasto dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Satoru Suzuki dari Ehime University Jepang, Prof. Hiroyuki Ohta dari Ibaraki University, Prof. Agnes Endang Sutariningsih Soetarto dari Universitas Gadjah Mada, serta Prof. Iswandi Anas dari Institut Pertanian Bogor. Dalam penyelenggaraannya, InSME didukung oleh Academy of Finland, International Society for Microbial Ecology, Akademi Ilmuan Muda Indonesia (ALMI), Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI), serta PT AmonRa.