Penggunaan pranata mangsa terbukti masih relevan digunakan sebagai pedoman penangkapan ikan meskipun terjadi perubahan iklim. Kendati begitu, dibutuhkan sejumlah penyesuaian dan perubahan dari pranata mangsa yang selama ini digunakan masyarakat. Demikian disampaikan oleh Suwarman Partosuwiryo, API, MM., saat ujian terbuka program doktor Fakultas Pertanian UGM, Senin (13/8) di kampus setempat.
Pranta mangsa telah lama dikenal dan digunakan sebagai pedoman dalam mengenali musim oleh masyarakat Jawa. Sebagai pengenal musim, paranata mangsa telah dilengkapi dengan berbagai tanda alam yang mudah dikenali masyarakat. Pranata mangsa tak hanya dimanfaatkan petani dalam bercocok tanam, kebanyakan nelayan tradisional pun memanfaatkan metode ini sebagai acuan melaut.
Saat mempertahankan disertasi berjudul “Hubungan Pranata Mangsa dengan Penangkapan Ikan di Samudra Hindia Selatan Jawa” di hadapan dewan penguji Suwarman menyampaikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di tiga tempat yaitu pelabuhan perikanan nusantara Prigi, pelabuhan perikanan pantai Sadeng, dan pelabuhan perikanan samudera Cilacap diketahui bahwa dengan memanfaatkan pranata mangsa mampu meningkatkan produksi ikan. Produksi ikan per tahun per kapal di Samudera Hindia Selatan Jawa yang menggunakan pranata mangsa lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pranata mangsa dan hanya kadang-kadang menggunakan pranata mangsa.
Hal tersebut juga berlaku pada jumlah trip penangkapan dan pendapatan. Jumlah trip penangkapan nahkoda yang menggunakan pranata mangsa lebih banyak daripada nahkoda yang tidak menggunakan dan kadang-kadang menggunakan pranata mangsa. Demikian halnya dengan pendapatan, nahkoda yang menggunakan pranata mangsa pendapatannya lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan dan kadang-kadang menggunakan pranata mangsa. “Sementara untuk hasil tangkapan per upaya tidak ada perbedaan secara signifikan,” jelasnya.
Meskipun pranata mangsa telah terbukti mampu meningkatkan trip penangkapan, produksi ikan, dan pendapatan nelayan Suwarman berpandangan bahwa perlu dilakukan beberapa penyesuaian dalam pranata mangsa yang biasa digunakan. “Agar pranata mangsa dapat digunakan di seluruh perairan Selatan Jawa perlu ada beberapa perubahan pranata mangsa yang telah dipakai selama ini,” kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY ini.
Menurutnya, terdapat lima perubahan pranata mangsa yang perlu dilakukan. Pertama, mangsa 2 tanda-tanda alam ditambah dengan adanya angin timur mulai kencang dan ombak besar. Kedua, mangsa 3 tanda-tanda alam ditambah dengan adanya air laut dingin. Ketiga, Mangsa 4 tanda-tanda alam laut ditambah dengan arah angin dan arus laut dari barat laut ke tenggara dengan kecepatan sedang. Keempat, mangsa 5 tanda-tanda alam ditambah dengan adanya air permukaan laut mulai hangat. Terakhir, mangsa 8 tanda-tanda alam ditambah dengan arus timur lemah dan ombak masih cukup besar.
Dalam tabel pranata mangsa yang dibuatnya tersebut, tidak hanya menyajikan informasi terkait tanda-tanda alam. Didalamya juga disajikan informasi tentang musim ikan dan alat tangkap yang harus digunakan agar mendapat hasil yang optimal. “Dengan tabel pranata mangsa baru ini diharapkan trip penangkapan, hasil tangkapan per upaya, produksi ikan, dan pendapatan nelayan akan meningkat dibanding yang tidak menggunakan pranata mangsa dan yang hanya kadang-kadang menggunakannya,” harap pria kelahiran Karanganyar, 11 Juni 1960.
Sumber: Humas UGM