Flu Burung atau Avian Influenza (AI) yang menyerang ribuan itik di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur diindikasikan jenis flu burung baru. Bahkan virus ini mulai menyerang unggas lain seperti ayam dan burung puyuh. Hal ini menyusul banyaknya laporan ayam pedaging dan ayam kampung yang mati mendadak di beberapa wilayah Kabupaten Sleman DIY.
Ahli Virologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D., mengatakan kasus kematian massal pada peternakan itik sebagaian besar teridentifikasi disebabkan oleh virus AI sub-tipe H5N1 clade 2.3.2.1 meski beberapa disebabkan virus Newcastle Disease (ND). Menurutnya virus clade ini bukan merupakan hasil mutasi dari virus AI clade 2.1 yang sebelumnya sudah mewabah di Indonesia. “Dipastikan, ada virus baru masuk baru ke Indonesia,” kata Guru Besar FKH UGM kepada wartawan, Selasa (26/12).
Meski virus ini sudah menyebar 2010 lalu di Nepal, kemudian di India, Bangladesh, China hinggga ditemukan pada itik di Fukushima Jepang pada tahun 2011. Widya memastikan virus ini baru masuk ke Indonesia menjelang pertengahan akhir tahun 2012 ini. Besar kemungkinan masuknya virus clade 2.3.2.1 dibawa oleh burung liar yang bermigrasi dari Asia ke pantai-pantai di Indonesia akibat musim dingin di belahan bumi utara. Namun tidak menutup kemungkinan, masuknya virus ini akibat adanya perdagangan antar Negara yang tidak terdeteksi membawa virus AI. Gejala yang ditunjukkan pada unggas yang terinfeksi virus ini, seperti unggas nampak lemas, sering berputar-putar, mata keputihan seperti katarak, yang dilanjutkan dengan kematian mendadak.
Menurut Widya, vaksin untuk jenis virus baru yang masuk ke Indonesia belum tersedia. Saat ini menurut Widya Asmara para peneliti dalam negeri terus berusaha membuat vaksin baru dengan melakukan uji isolat, uji kandidat vaksin, dan melakukan reaksi silang dengan vaksin yang lama. Untuk mencegah penyebaran virus ini lebih meluas, ia merekomendasikan kepada peternak dan balai besar veteriner untuk melakukan pemusnahan tebatas, dekontaminasi, memperketat pengawasan perdagangan unggas dari daerah yang sudah terinfeksi.
Empat Bulan 113.700 Itik Mati
Sedikitnya ada 113.700 ekor itik di tiga provinsi, Jateng, Jatim dan DIY dilaporkan mati mendadak akibat serangan avian inflenza (AI). Ironisnya ratusan itik ini mati dalam kurun empat bulan terakhir. Berdasarkan data dari Balai Besar Veteriner (BB Vet) DIY diketahui bahwa, kematian itik akibat AI ini merata di tiga provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Epidemologist BBVet DIY, Putut Djoko Purnomo mengatakan, serangan AI pada itik di tiga provinsi ini mulai ditemukan pada September lalu di Jawa Tengah. “Kematian itik ini terus mewabah hingga daerah lain dan mencapai puncaknya pada Desember ini,” tandasnya.
Berdasarkan data kata dia, jumlah itik yang mati akibat AI ini di Jateng mencapai Jateng 64 ribu ekor di 23 Kabupaten. Sedangkan di Provinsi Jawa Timur mencapai 45 ribu ekor itik di 20 Kabupaten. Di DIY sendiri jumlah itik mati akibat virus ini mencapai 4.700 ekor di tiga kabupaten yaitu Kulonprogo, Bantul dan Sleman.
Diakuinya, virus AI yang menyerang Itik di tiga provinsi ini memang jenis H5N1 jenis yang baru yaitu clade 2.3.2.1. “Memang ada yang clade lama yaitu 2.1, tetapi banyak juga yang terserang virus clade baru ini,” tegasnya.
Pihaknya baru akan melakukan penelitian terhadap unggas non bebek yang dilaporkan mati mendadak tersebut. Namun begitu, pihaknya berharap peternak unggas di DIY dan sekitarnya terus melakukan desinvektan secara rutin untuk menghindari serangan virus tersebut. Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian labolatorium BBVet terhadap Itik yang mati mendadak di Jatim, Jateng dan DIY diketahui bahwa unggas jenis ini mati akibat serangan flu burung jenis H5N1 clade (kelompok) 2.3.2.1., Kelompok virus ini lebih ganas dari kelompok virus sebelumnya yaitu AI clade 2.1.
Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal DIY, Ismartoyo mengatakan, sebagian besar unggas yang mati akibat virus itu di DIY berada di daerah pinggir pantai. Sebagian besar peternakan Itik di DIY memang berada di daerah pinggir Pantai dari Bantul hingga Kulonprogo. Kendati kerugian yang diderita peternak unggas di DIY tidak sebesar dengan peternak di Jawa Timur. Dia menyebutkan peternak di DIY rata-rata memiliki hewan peliharaaan dibawah 1500 ekor sedangkan di Jawatimur mencapai di atas 5000 ekor. Namun demikian ia mengharapkan perhatian serius dari pemerintah untuk segera turun tangan. “Masalah penyakit ini sebenarnya taggungjawab pemerintah. Jangan sapi mati (pemerintah) sibuk, tapi kalo ayam dan itik mati disepelehke,” keluhnya.
Ia mengakui, virus flu burung yang menyerang Itik di DIY dibawa dari Jawa Timur. Pasalnya kata dia, suplai telur untuk penetasan Itik di DIY diambil dari Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Menurutnya, peternak Itik DIY setiap hari mendatangkan 8 ton telur Itik dari kedua wilayah itu.
Sumber: Humas UGM