Kebijakan energi nasional selama ini dinilai tidak cerdas karena belum mendorong percepatan kemandiran dan ketahanan energi bangsa. Hal itu dapat dilihat dari lemahnya komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan. Padahal sumber bahan bakar energi fosil sudah tidak lagi bisa diandalkan dalam 25-50 tahun mendatang. Dewan Energi Nasional (DEN) bahkan sudah merencanakan pemanfaatan energi terbarukan setidaknya mampu memenuhi sekitar 21 persen dari kebutuhan energi nasional. “Saat ini baru 5 persen yang sudah dipenuhi,” kata anggota (DEN) Dewan Energi Nasional, Dr. Ir. Tumiran MEng, di sela seminar ‘Green Energy Technology’, di UC (University Club) UGM, Jumat (6/12).
Seminar
Upacara telah menjadi bagian dari aktivitas kehidupan masyarakat Rancakalong, senyatanya merupakan sebuah praktik kebudayaan, yang keberadaannya dikonstruksi melalui jaringan kekuasaan. Adanya bentuk reproduksi dan rekonstruksi Sukur Bumi, menandakan upacara berada dalam struktur yang terus berubah dan bergerak di antara kompleksitas kekuasaan yang mengkonstruksinya.
Secara umum solusi tepat untuk mengatasi kebutuhan energi masa depan adalah dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan berasal dari sumber energi angin, sinar matahari, gelombang laut, potensial air, biomassa, minyak nabati dan lain-lain. Sayang energi yang dihasilkan dari angin, sinar matahari, gelombang laut, potensial air, termasuk panas bumi yang melimpah di Indonesia memiliki kelemahan.
https://www.facebook.com/media/set/?set=a.522864274432524.1073741829.185936071458681&type=1
Ada kemiripan pola persebaran besar butir sedimen permukaan dasar sungai pada sungai-sungai yang mengalir di Gunungapi Merbabu,sungai-sungai yang mengalir di Gunungapi Merapi, dan pola persebaran besar butir sedimen dasar Sungai Pabelan, dengan persentase kerakal kecil paling tinggi, dan tidak terjadi dominasi besar butir. Hal ini ditegaskan oleh Drs. Widiyanto, M.S., pada ujian terbuka program doktor Fakultas Geografi UGM, Sabtu (4/3). Pada kesempatan tersebut Widiyanto mempertahankan disertasinya yang berjudul Karakteristik Persebaran Granulometris Sedimen Permukaan Dasar Sungai, di DAS Pabelan, Provinsi Jawa Tengah.
Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dapat dikonstruksikan sebagai taman nasional mandiri sebagaimana tujuan pembentukan taman nasional model atau TNBB sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Hanya saja ada beberapa kendala TNBB sebagai taman nasional mandiri yaitu sistem anggaran yang tidak memberikan insentif apapun pada pengelolaan keuangan TNBB.
Di sisi lain hasil simulasi dengan menggunakan program Powersim Constructor menunjukkan implementasi model taman nasional mandiri akan membawa dampak yang serius pada biogeofisik kawasan. Berkurangnya luas kawasan hutan yang menyisakan antara 5 ribu-10 ribu hektar dari 19 ribu hektar yang ada saat ini pada tahun 2005 disertai turunnya populasi Jalak Bali menunjukkan tujuan pembentukan TNBB sebagai salah satu taman nasional mandiri masih jauh dari harapan.
Kerusakan hutan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo tahun 2010 dapat dilihat dari terjadinya perubahan luasan hutan mangrove yang sangat cepat. Perubahan tersebut mencapai kenaikan sebesar 42 persen dari 21 persen di tahun 2000, sehingga kerusakan mangrove pada tahun 2010 telah 63 persen.