Paradigma baru sektor pertanian melalui pengelolaan sumber daya lahan, sumber daya air, sumber daya hayati (hewan dan tanaman) dan sumber daya lingkungan serta sumber daya manusia secara optimal, diharapkan mampu mengangkat derajat dan harkat seluruh pemangku kepentingan pertanian. Bahwa keseimbangan produksi dan konsumsi menjadi salah satu poin yang harus dikembangkan sehingga dalam satu kesatuan lahan tersebut mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, energi, obat herbal, lingkungan hidup, keindahan, kenyamanan dan pendukung kehidupan lainnya.
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.623358297716454.1073741865.185936071458681&type=3&uploaded=15limit=15]
Relations between Sweden and Indonesia are improving rapidly, boosted by the recent visits by Prime Minister Fredrik Reinfeldt to Jakarta and President Yudhoyono to Stockholm. To follow up these visits and the signing of agreements on sustainable city development as well as environmental cooperation, Vice Minister for the Environment Mr. Anders Flanking will make visit to Indonesia on October 21-24 together with a 35 persons delegation.
Delegasi dari 121 negara, 10 Oktober 2013, menandatangani konvensi tentang merkuri yang dinamakan Konvensi Minamata. Penamaaan konvensi mencerminkan semangat bersama untuk tidak mengulangi tragedi kemanusian akibat pencemaran merkuri di Teluk Minamata. Merkuri atau yang dikenal dengan air raksa merupakan logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar, mudah menguap dan persisten. Merkuri pada saat ini masih digunakan oleh berbagai industri seperti lampu, alat ukur (termometer, sphygnometer), pertambangan emas skala kecil, dan amalgam tambal gigi. Penandatanganan Konvensi Minamata untuk merkuri ini dilakukan dalam Konferensi Diplomatik (Plenipotentiaries Conference) untuk merkuri yang dihadiri oleh Kepala Pemerintahan, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Lingkungan Hidup. Konferensi Diplomatik ini dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Nobuteru Ishihara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Balthasar Bambuaya, MBA.
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.609410692444548.1073741864.185936071458681&type=3&uploaded=12limit=12]
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.609403635778587.1073741863.185936071458681&type=3&uploaded=9limit=9]
Fakultas Peternakan UGM memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk meningkatkan produktivitas padi. Kotoran ternak sapi, kambing dan unggas ini diolah menjadi pupuk organik pengganti pupuk kimia ini telah berhasil meningkatkan produktivitas padi petani desa Argorejo, Sedayu, Bantul yang sebelumnya rata-rata 7,5 ton per hektar menjadi 9,3 ton per hektar.