Agung B. Supangat*, Haryono Supriyo** , Putu Sudira***, dan Erny Poedjirahajoe****
*Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta/57102
Telp.: (0271) 716709, Fax.: (0271) 716959, Email: maz_goenk@yahoo.com
**Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan UGM
***Fakultas Teknologi Pertanian UGM
****Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan UGM
S. Agung Sri Raharjo*, San Afri Awang**, Agus Pramusinto*** dan Ris Hadi Purwanto****
*Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Email: agung_sriraharjo@yahoo.co.id
**Guru Besar pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
***Direktur Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
****Dosen pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kebijakan energi nasional selama ini dinilai tidak cerdas karena belum mendorong percepatan kemandiran dan ketahanan energi bangsa. Hal itu dapat dilihat dari lemahnya komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan. Padahal sumber bahan bakar energi fosil sudah tidak lagi bisa diandalkan dalam 25-50 tahun mendatang. Dewan Energi Nasional (DEN) bahkan sudah merencanakan pemanfaatan energi terbarukan setidaknya mampu memenuhi sekitar 21 persen dari kebutuhan energi nasional. “Saat ini baru 5 persen yang sudah dipenuhi,” kata anggota (DEN) Dewan Energi Nasional, Dr. Ir. Tumiran MEng, di sela seminar ‘Green Energy Technology’, di UC (University Club) UGM, Jumat (6/12).
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.644045715647712.1073741870.185936071458681&type=1; uploaded=3 limit=3]
Diperkirakan lebih dari 200 penyakit zoonosis (infeksi penyakit hewan ke manusia) dan 25 penyakit hewan menular strategis baru ditemukan di Indonesia yang dianggap mengancam kesehatan masyarakat. Beberapa diantaranya, rabies, avian influenza, anthrax, leptospirosis, hingga toxoplasmosis. Namun demikian, penyampaian informasi mengenai kejadian penyebaran dan penularan wabah penyakit dari hewan ke manusia belum sepenuhnya disampaikan pada masyarakat karena adanya kepentingan politik masing kepala daerah dan lemahnya pengambilan kewenangan veteriner secara kelembagaan. “Belum semua informasi zoonosis disampaikan kepada masyarakat, karena panjangnya birokrasi dalam penyampaian informasi veteriner ini,” kata Dekan FKH UGM, Dr. drh. Joko Prastowo dalam Diskusi Kajian Otoritas Veteriner di Indonesia, Rabu (4/12).
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.642565639129053.1073741869.185936071458681&type=1; uploaded=6 limit=6]
The symposium focus on the current knowledge and knowledge gaps, share research results and experiences on mitigation and adaptation and discusses research and policy needs in relation to the-state-of-the-art knowledge base.