Laut Indonesia menyimpan 70% dari potensi minyak dan gas bumi karena 40 dari 60 cekungan minyak milik Indonesia berada di laut. Namun hanya sekitar 10% dari potensi tersebut yang saat ini sudah dimanfaatkan. Sedangkan potensi sumber daya mineral dasar laut sampai saat ini belum teridentifikasi dengan baik, mengingat belum tersedianya teknologi yang tepat untuk mengidentifikasinya. Sebab itu, pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ke depan membutuhkan strategi kebijakan maritim yang komperehensif sebagai acuan bagi aturan kegiatan pembangunan kelautan dan kemaritiman. Salah satunya, memperkuat keamanan laut, daya saing SDM dalam penguasaan teknologi kelautan dan memperkuat budaya maritim.
Jakarta, 16 September 2014. Hari ini Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyelenggarakan Sidang Paripurna dengan agenda pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (Persetujuan ASEAN Tentang Pencemaran Asap Lintas Batas). Acara Sidang Paripurna dihadiri oleh Pimpinan dan Para Anggota DPR RI, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Luar Negeri, dan Direktur Perancangan Kementerian Hukum dan HAM.
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.798106366908312.1073741887.185936071458681&type=1; uploaded=6 limit=6]
Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM, Ir. Imam Prasetyo, M.Eng., Ph.D., berhasil mengembangkan teknologi penyimpanan gas sistem cartridge (tukar pasang) dengan adsorpsi gas lewat karbon berpori. Riset teknologi tepat guna dari ‘kampus biru’ diharapkan mampu menjadi solusi untuk menjawab tantangan penerapan kebijakan konversi BBM ke BBG di Indonesia di masa mendatang. Soalnya penerapan konversi BBG pada kendaraan saat ini mengalami hambatan. Salah satunya adalah kekhawatiran masyarakat terhadap risiko apabila terjadi ledakan dan mahal biaya kompresi BBG.
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.794745237244425.1073741886.185936071458681&type=1; uploaded=3 limit=3]
Indonesia memiliki potensi sektor kelautan yang cukup besar mencapai USD 1,2 triliun per tahun. Sayangnya, hingga saat ini potensi ekonomi dari sektor kelautan tersebut belum dimanfaatkan secara produktif dan optimal.
“Jumlah itu bisa menyediakan lapangan kerja untuk 40 juta orang, tetapi potensi yang luar biasa besar. Ibarat ‘raksasa yang tertidur’, itu belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., dalam Kuliah Umum “Industrialisasi Perikanan Berbasis Sumberdaya Maritim”, Jum’at (5/9) di Fakultas Pertanian UGM.
[fbalbum url=https://www.facebook.com/media/set/?set=a.783383981713884.1073741885.185936071458681&type=1; uploaded=6 limit=6]