Pompa surya merupakan teknologi sederhana, ramah lingkungan dan biaya murah. Pompa yang memanfaatkan energi matahari ini mampu mengatasi persoalan daerah-daerah yang mengalami kesulitan air. Kini, teknologi terbarukan ini dimanfaatkan UGM dan Kemenristek untuk diterapkan di daerah pesisir selatan Kabupaten Gunung Kidul yang dikenal sebagai daerah sulit air.
Pembangunan pemasangan pompa surya ini ditandai secara simbolis dengan penyerahan pompa oleh Asisten Deputi Iptek Masyarakat, Kemenristek, Drs. Momon Sadiyatmo, MT kepada wakil Bupati Gunung Kidul, Imawan Wahyudi, dalam acara sosialisasi program pemasangan pompa surya di Balai Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, Selasa (17/7). Penyerahan pompa surya tersebut disaksikan Wadek Bidang Kemahasiswaan, Penelitian dan Kerjasama Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Jamasri, Ph.D, Kepala Satker PAM PU DIY, Ir. Hardjono Sudjanadi, MM serta Kepala Desa Purwodadi, Suprihatin.
Peneliti energi terbarukan, Dr. Ahmad Agus Setyawan mengatakan teknologi pompa surya sangat cocok untuk diterapkan di daerah terpencil yang kesulitan air. Meski mudah dalam instalasi dan perawatan, namun butuh transfer pengetahuan ke masyarakat agar bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. “Inilah tantangannya untuk menerapkan ilmu yang pro rakyat,” kata Agus.
Dalam pemasangan pompa surya ini, Agus mengatakan pihaknya menggandeng mahasiswa KKN PPM. Selanjutnya selama 2 bulan, mahasiswa bersama masyarakat akan memasang dua pompa dan 32 panel surya agar bisa mengangkat sumber air yang berada di sekitar 3 kilometer dari rumah penduduk.
Asdep iptek masyarakat kemerinstek Drs. Momon Sadiyatmo, M.Si., mengatakan program pemasangan pompa surya ini sudah direncanakan sejak satu tahun yang lalu. Kegiatan penyediaan air minum untuk daerah sulit air ini salah bentuk program spesifikasi lokasi (speklok) Kemenristek yang bersinergi dengan perguruan tinggi. “Lewat UGM, teknologi ini akan kita terapkan juga di Aceh dan NTB,” ujarnya.
Wakil Bupati Gunung Kidul, Imawan Wahyudi, mengatakan teknologi penyediaan air minum masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan Gunung Kidul yang hampir separohnya masih mengalami masalah sulit air. Umumnya sumber air berada di kedalaman 100 meter di bawah tanah karst. “Bantuan air di Gunung kidul itu ibarat seperti bantuan emas. Air itu segala-galanya di sini,” ungkapnya.
Senada, Suprihatin, Kepala desa purwodadi, menuturkan di Purwodadi sendiri terdapat 2.000 KK atau 8.000 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Permasalahan yang umumnya dihadapi masyarakat selalu sama, yakni kesulitan mendapatkan air minum. “Tandon air hujan sudah habis. Mulai bulan Mei, kami mulai beli air. Untuk satu tangki berisi 5.000 liter kita beli dengan harga Rp 80 ribu,” katanya.
Ia berharap dengan adanya bantuan pemasangan pompa surya ini bisa mengurangi beban ekonomi masyarakat. Tidak hanya memenuhi kebutuhan minum, tapi bisa dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian.
Sumber: Humas UGM