Implementasi education for sustainable development (EfSD) di masyarakat masih banyak menghadapi kendala dan tantangan yang tidak sederhana. Bukan hanya karena masalah mengembangkan metode yang relevan untuk mempertahankan dan memelihara keanekaragaman serta kelestarian bio-hayati, tetapi juga berpapasan dengan kemauan dan pengetahuan masyarakat. Sesuatu yang dianggap baik dan ilmiah di ruang kuliah tidaklah serta-merta dapat diterima oleh masyarakat, karena boleh jadi dirasakan masyarakat bertentangan dengan keyakinan, keinginan serta ritual yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan mereka.
“Untuk itu implementasi EfSD memerlukan strategi agar hasilnya sesuai yang diharapkan,” urai dosen Jurusan Sosiologi UGM, Prof. Dr. Sunyoto Usman, M.A., dalam workshop Pengembangan Modul implementasi EfSD Berbasis Pemberdayaan Masyarakat, I-MHERE Project Sub aktifitas 3.1.2.3, di Fakultas Biologi UGM, Rabu (7/3).
Alternatif strategi tersebut perlu dibangun berdasarkan asumsi bahwa dalam masyarakat sebenarnya terdapat pengetahuan tentang masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dari degradasi lingkungan. Namun, masyarakat tidak berdaya mengembangkan pengetahuan semacam itu karena selalu kalah dengan kepentingan bisnis produk dari konspirasi atau persekongkolan antara penguasa dan pengusaha.
“Strategi alternatif ini juga melihat bahwa implementasi EfSD akan sulit memperoleh hasil optimal ketika mengabaikan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan tata kelola dan mekanisme delivery yang menyertai implementasi EfSD,” tegas Sunyoto.
Menurut Sunyoto Usman dalam alternatif strategi yang ditawarkan tersebut setidaknya tetap memperhatikan beberapa hal. Pertama, kondisi struktur sosial kelompok yang menjadi sasaran (subyek) EfSD. Kedua, faktor-faktor pendukung EfSD seperti pola komunikasi, dan ketiga, proses penyebaran pengetahuan dan pelembagaan prinsip EfSD kepada kelompok sasaran.
“Tapi jangan lupa partisipasi publik dan penguatan kapasitas lembaga lokal tetap perlu dilakukan,” imbuhnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc., mengatakan bahwa melalui implementasi EfSD yang berbasis riset dan komunitas, UGM akan lebih mudah melakukan kolaborasi internasional. UGM mempunyai banyak potensi baik materi pembelajaran maupun hasil riset yang telah mengarah kepada EfSD.
“Pilih program yang paling siap dan bersifat stratejik untuk diarahkan menjadi program EfSD,” tutur Peni.
Agar terjamin kesinambungannya, program EfSD menurut Peni tetap harus berpegang pada tiga komponen yaitu kesinambungan ekonomi, keadilan sosial, dan kelestarian sosial.
Sebelumnya, PIC I-MHERE Aktifitas 3.1, Fakultas Biologi, Slamet Widiyanto, S.Si., M.Si mengatakan workshop Pengembangan Modul implementasi EfSD Berbasis Pemberdayaan Masyarakat tersebut berlangsung selama dua hari, 6-7 Maret 2012. Pada hari pertama kemarin telah diawali dengan field trip ke Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul sebagai desa binaan Fakultas Biologi, serta kampung Tentrem, Imogiri, Bantul.
Sumber: Humas UGM