Universitas Gadjah Mada mendapatkan bantuan software senilai USD 4 juta dari PT Schlumberger Geophysics Nusantara. Perangkat lunak ini merupakan teknologi terbaru dan digunakan di industri seluruh perusahaan geologi dan geofisika dunia.
Chairman PT Schlumberger Geophysics Nusantara, Ahmad Subarkah Yuniarto mengatakan software ini merupakan peralatan buatan perusahaan yang berdiri sejak 1927 tersebut. Ini adalah peralatan software yang berkaitan dengan technical geosains yang digunakan untuk ilmu geologi dan geofisika. Perangkat lunak senilai empat juta dollar tersebut biasa digunakan untuk mengintepretasi data-data reservoir minyak dan gas. “Ini adalah teknologi terbaru ciptaan kami dan digunakan di seluruh industri minyak dan gas di dunia,” ujarnya di ruang Multimedia, Jumat (11/11) seusai penandatanganan MOU antara UGM dan PT. Schlumberger Geophysics Nusantara.
Dia mengatakan bantuan ini diberikan dengan harapan bisa membantu proses mengajar para dosen di kelas. Selain itu, mahasiswa UGM diharapkan bisa mengoperasionalkan peralatan tersebut sehingga terbiasa menggunakan teknologi terbaru ketika terjun di dunia kerja. Tahun ini, perusahaan tersebut hanya memberikan bantuan software kepada UGM. Sebelumnya bantuan serupa pernah diberikan kepada Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Trisakti dan UPN Jogjakarta. “Kami mendukung dunia pendidikan dan sains dengan teknologi terbaru dan yang paling pas adalah universitas yang memiliki fakultas Geologi dan Geofisika,” tuturnya.
Perusahaan asal Perancis ini didirikan tahun 1927 dan mulai masuk ke Indonesia sejak 1930 yang bergerak di bidang minyak dan gas. Saat ini, perusahaan itu mulai mengembangkan industri tenaga yang dapat diperbaharukan serta pengembangan sumber daya air. “Selama ini, 25 persen dari karyawan Indonesia yang direkrut adalah lulusan UGM,” ujarnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D menuturkan pihaknya selama ini sudah memiliki aneka kerjasama dengan perusahaan tersebut, namun baru kali ini dibuat nota kesepahaman. Dengan penandatanganan MoU tersebut diharapkan jadi era baru kerjasama selanjutnya. “MoU ini akan jadi payung hukum bagi kerjasama selanjutnya,” tuturnya.
Terkait bantuan software senilai USD 4 juta, Sudjarwadi mengatakan akan dimanfaatkan untuk membuka jalan bagi peneliti dan mahasiswa dalam menemukan cara-cara baru dalam mengelola dan memanajemen sumber daya yang dimiliki. Pihaknya menginginkan pemanfaatan teknologi bia digunakan untuk mengembangkan industri gas di pedesaan dengan kapasitas kecil. Diharapkan, hal ini bisa menambah nilai ekonomi dan sejahterakan masyarakat. “Bila bisa dikembangkan dalam skala kecil, kami berharap masyarakat di pedesaan tidak perlu ke kota karena nilai ekonominya sudah tinggi,” tuturnya.
Sumber: Humas UGM