Penemuan baru mengenai sumber energi ramah lingkungan memang sedang marak dilakukan oleh peneliti berbagai kalangan, baik dari kalangan peneliti profesional hingga mahasiswa. Salah satu mahasiswa program doktoral Universitas Gajah Mada (UGM), Megawati menemukan sumber energi ramah lingkungan menggunakan Lignoseslulosa.
“Lignoselulosa merupakan suber polosakarida yang melimpah di Indonesia, dapat dikonversi menjadi etenol, suatu energi hijau. Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber Lignoselulosa yang melimpah,” ujar Megawati, seperti yang lansir laman UGM, Selasa (20/9/2011). Oleh karena itu, lanjutnya, penelitian tentang proses pembuatan etanol dari Lignoselulosa tentu memberikan manfaat untuk kemajuan masyarakat.
Megawati mengatakan, penelitian tentang klasifikasi limbah Lignoselulosa berdasar kadar holoselulosa (hemiselulosa dan selulosa) sebenarnya pernah dilakukan di Yogyakarta. “Limbah tersebut dengan kadar yang tinggi kurang dari 70 persen dapat ditemukan di Yogyakarta diantaranya pada ranting, daun, sekam, padri, tongkol jagung, dan serbuk gergaji kayu,” tambahnya.
Untuk mengetahui prospek Lignoselulosa sebagai bahan baku pembuatan etanol, ungkap Megawati, dapat melalui daun dan ranting yang terdapat pada tanaman melinjo, jambu air, dan nangka. Sedangkan pada serbuk gergaji kayu berasal dari kayu mahoni. “Ini banyak ditemui di penggergaji kayu di sekitar Yogyakarta, sementara untuk sekam padi dan tongkol jagung, Indonesia memiliki potensi sangat besar, mengingat hal itu sebagai makanan pokok,” ujar wanita yang juga pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (FT Unnes).
Ada tiga tahapan penting dalam proses pembuatan etanol dari Lignoselulosa tersebut, yaitu Hidrolis Lignoselulosa menjadi gula, fermentasi gula menjadi etanol, dan pemurnian etanol. “Proses hidrolis secar kimiawi tersebut memiliki banyak keuntungan dibanding dengan enzim, sebab bahan kimia yang sering dipilih bukan asam sulfat encer,” terangnya. Penggunaan asam pekat, menurut Megawati, lebih korosi, desain peralatannya spesial dan mahal, serta menyababkan limbah gypsum yang lebih banyak. Sedangkan penggunaan dengan asam encer ternyata dipengaruhi oleh jenis bahan baku, suhu, waktu, konsentrasi katalisator, dan suhu.
Sumber: Okezone