Kementerian Riset dan Teknologi menggandeng Universitas Gadjah Mada mengembangkan Bantul sebagai pilot project Energi Hibrid yang berbasis pada potensi panas matahari dan kekuatan angin. Daerah yang dijadikan tempat pengembangan energi baru dan terbarukan ini adalah Pantai Pandansimo, Srandakan, Bantul, daerah berpasir dengan luas 37 Ha.
Asisten Deputi Iptek Industri Kecil dan Menengah, Ristek, Ir. Santosa Yudo Warsono, M.T., mengatakan tahapan pengembangan energi hibrid pertama kali diterapkan di Indonesia ini telah memasuki tahun ketiga. Oleh karena itu, program tahun ini lebih difokuskan pada pengembangan teknik produksi dan peningkatan kapasitas produksi komponen serta peningkatan kemampuan UMKM dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
Untuk sementara ini pemanfaatan pembangkit listrik tenaga hibrid digunakan untuk penerangan kawasan wisata pantai, pelatihan operasional, workshop pengembangan energi terbarukan dan implementasi model sistem inovasi daerah. Meski masih dalam tahap pengembangan, tenaga hibrid ini tengah dicoba dimanfaatkan untuk pertanian di lahan berpasir yang memerlukan air ekstra tinggi. “Kita manfaatkan untuk menaikkan air ke permukaan,” kata Santosa dalam kunjungan ke lokasi pengembangan listrik tenaga hibdrid di Srandakan Bantul, Jumat (6/4).
Saat ini pembangkit listrik energy hybrid sudah terpasang 35 unit turbin angin dengan tinggi rata-rata 18 meter, terdiri 26 turbin angin berkapasitas 1 kW, 6 turbin angin 2,5 kW, 2 turbin angin 10 kW, dan satu turbin angin 50 kW. Ditambah juga 175 unit sel surya dengan kapasitas 17,5 kWp.
Peneliti Energi Terbarukan dari Fakultas teknik UGM Dr. Ahmad Agus Setiawan, menegaskan pembangkit listrik tenaga hibrid sangat potensial dikembangkan di Indonesia sebagai Negara kepulauan. Sehingga bisa dijadikan salah satu energi alternatif untuk penyediakan pasokan listrik. “Karena tidak sepenuhnya mampu listrik disuplai lewat interkoneksi antar pulau, padahal negara kita punya banyak pulau kecil,” kata dosen teknik fisika ini.
Berdasarkan hasil penelitian Agus, kecepatan angin di Indonesia tidak sebesar di negara seperti Belanda yang telah menggunakan energi kincir angin. Kekuatan kecepatan angin di sekitar pantai pandasimo berkisar 3-5 meter per detik. Sehingga perlu dikombinasi dengan generator kecepatan rendah dan energi panas matahari. “Solusinya diperlukan banyak kincir,” imbuhnya. Menurutnya program tersebut selaras dengan keinginan pemerintah untuk mendukung program 1000 kincir di seluruh Indonesia.
Kepala Bapeda Bantul Drs. Tri Saktiana, M.S., mengharapkan teknologi hibrid ini mudah diaplikasikan, dipelihara dan digunakan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Di Bantul panjang pantai 13,5 km bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk masyarakat. Keinginan masyarakat kongkrit, memajukan usaha dan pertanian lewat teknologi,” ujarnya
Ditemui secara terpisah, Dalijo (45), petani yang memiliki lahan pertanian di sekitar pantai ini mengaku mendapatkan manfaat atas keberadaan pembangkit listrik tenaga hibrid. Pasalnya dari PLTH tersebut mampu dimanfaatkan untuk menyiram lahan pertanian dan usaha kolam ikan. “Semenjak ada kincir, kita baru bisa bertani di lahan berpasir,” katanya.
Sumber: Humas UGM