Di tengah hiruk pikuk kehidupan kita, sempatkah pikiran kita memikirkan apa yang mereka pikirkan?
The Living Planet Index 2022 menunjukkan bahwa kita kehilangan 69% kehidupan liar kita sejak tahun 1970 – 2018. Fakta tersebut sudah sangat mencengangkan karena lebih dari setengah populasi kehidupan liar kita harus punah dari bumi.
Hilangnya berbagai jenis spesies kehidupan liar ini disebabkan oleh deforestasi, alif fungsi lahan, hingga perburuan satwa liar. Manusia mungkin tidak pernah terbersit apa yang mereka (satwa) rasakan, pun yang mereka pikirkan. Kita manusia, seringkali beranggapan bahwa binatang tidak akan berpikir sejauh itu sehingga konflik pun tidak dapat terhindarkan.
Untuk mengurangi dampak konflik antara manusia dan satwa liar, hubungan antara manusia dan hewan harus diperbaiki. Manusia sebagai makhluk yang yang memiliki akal, sudah semestinya memahami perilaku satwa liar sehingga hubungan antara satwa dan manusia dapat menjadi lebih positif. Berikut ini merupakan cuplikan kisah-kisah kecil nan menarik yang dapat membawa kita untuk lebih memahami apa yang satwa pikirkan. Pada kenyataannya beberapa satwa memiliki emosi yang sama rumitnya dengan manusia.
Kesadaran Diri
Kesadaran diri (consciousness) seringkali menjadi perbincangan menarik ketika sedang membahas tentang makhluk atau benda selain manusia. Apakah hewan memiliki kesadaran diri? Atau justru mesin seperti Artificial Intelligence (AI) suatu saat nanti memiliki kesadaran? Akan sangat menyeramkan kalau AI memiliki kesadaran. Spesies manusia mungkin akan dimusnahkan oleh mereka.
Berkisah tentang kesadaran, manusia memiliki sejarah menarik untuk mengukur kesadaran diri pada binatang. Seorang psikolog Amerika bernama Gordon Gallup mengembangkan sebuah cara untuk menguji kesadaran diri binatang. Meskipun banyak menuai kritik, saat ini metode tersebut masih digunakan sebagai cara baku untuk mengetahui kesadaran binatang. Metode tersebut dikenal dengan metode Mirror Self-Recognition (MSR).
MSR telah banyak diujikan pada berbagai jenis binatang khususnya vertebrata seperti monyet, kera, beo, kucing, babi, dan anjing. Salah satu binatang yang tidak diragukan lagi keberhasilannya lulus tes MSR dan menunjukkan kesadaran diri adalah Simpanse dan Orangutan. Baru-baru ini pada tahun 2022 ikan cleaner wrasse juga lulus uji MSR dengan persentase cukup tinggi yaitu 94%. Apabila dibandingkan dengan spesies lain angka tersebut tergolong paling tinggi. Orangutan 50%, Simpanse 40%, Burung Murai 40%, Gajah Asia 30%, dan Gorila 30%. Berdasarkan data-data tersebut, maka diketahui bahwa sebagian binatang tidak dapat diremehkan bahwa mereka memiliki kesadaran diri layaknya manusia. Beberapa ahli juga meyakini bahwa proses batin binatang sama kompleksnya dengan manusia. Perbedaannya adalah manusia dapat mengekspresikannya dalam bahasa, sedangkan binatang tidak. Apabila kita memahami adanya emosi pada binatang, maka perilaku kita terhadap binatang pun akan lebih positif.
Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan untuk berpikir dan melahirkan ide-ide seringkali diyakini hanya dimiliki oleh manusia. Padahal tidak sedikit video-video perilaku binatang yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa binatang tersebut juga memiliki ide-ide unik yang dihasilkan dari kecerdasannya. Kecerdasan pada dasarnya dibutuhkan oleh makhluk hidup seperti binatang dan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan bertahan hidup.
Peneliti etologi yang spesifik mempelajari burung Gagak menunjukkan bahwa burung gagak memiliki kemampuan kognitif yang luar biasa. Ingatan burung gagak cukup tajam sehingga memungkinkan burung tersebut cermat terhadap orang yang menurut mereka baik atau jahat. Burung berwarna hitam tersebut juga memiliki kemampuan menggunakan alat, memecahkan masalah, bahkan merencanakan masa depan. Sesekali berperilaku jahil seperti menyembunyikan camilan kadang juga mereka lakukan.
Selain kecerdasan, binatang juga diketahui memiliki empati. Sebuah eksperimen dilakukan kepada tikus. Salah satu tikus diletakkan seolah terjebak di dalam tabung. Peneliti menemukan bahwa tikus lain khususnya tikus dewasa hanya tampak bersedia membantu tikus yang ada dalam kelompok sosialnya. Namun untuk tikus yang tergolong usia remaja cenderung tidak membeda-bedakan ketika menunjukkan empati dan menolong tikus yang terjebak. Hal ini menunjukkan bahwa binatang memiliki kecerdasan emosi berupa empati yang cukup baik.
Mengetahui bahwa binatang memiliki emosi yang sama kompleksnya dengan manusia, sudah sepatutnya manusia dapat memperlakukan binatang dengan baik. Mencoba memahami perilaku binatang yang demikian juga mempu menurunkan potensi konflik antara binatang manusia. Oleh sebab itu mencoba memikirkan apa yang mereka pikirkan mungkin dapat menjadi salah satu hal yang perlu manusia renungkan. Mencoba mengambil sudut pandang dari binatang dan menyuarakan apa yang tidak bisa mereka suarakan dengan bahasa, sudah menjadi keharusan bagi kita. Dengan begitu, sisa keanekaragaman hayati kita dapat dilestarikan.
Referensi
Bhattacharjee, Y. (2022, September 15). What are animals thinking? They feel empathy, grieve, seek joy just like us. National Geographic. Retrieved May 30, 2023, from https://www.nationalgeographic.com/magazine/article/what-are-animals-thinking-feature
Kohda, M., Sogawa, S., Jordan, A. L., Kubo, N., Awata, S., Satoh, S., Kobayashi, T., Fujita, A., & Bshary, R. (2022). Further evidence for the capacity of mirror self-recognition in cleaner fish and the significance of ecologically relevant marks. Plos Biology, 2(20), 1-18. https://doi.org/10.1371/journal.pbio.3001529
WWF. (2022). Living Planet Report 2022 – Building a nature – positive society. WWF. Gland, Switzerland