Selasa, 27 Februari 2024, Pusat Studi Lingkungan Hidup mengadakan podcast rutin yang membahas terkait isu-isu lingkungan di lingkup regional, nasional, maupun internasional. Pada kesempatan podcast lestari (Poles) episode ke-39 ini, isu yang dibahas yaitu terkait pengolahan sampah rumah tangga yang berupa organik dan anorganik dengan menggunakan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan bank sampah. Oleh sebab itu podcast episode kali ini diberi judul “Sampah Tumpas oleh Perempuan Trengginas”.
Mendatangkan narasumber yang peduli Lingkungan yaitu Vira Maya Permatasari selaku penggerak Paguyuban Eco Sae yang dimoderatori oleh Staf PSLH UGM yaitu Marta Raharja, podcast dimulai sejak pukul 09.00 WIB dan berlangsung selama kurang lebih 60 menit.
Topik yang tengah hangat saat ini menjadi pintu gerbang utama yang membuka diskusi podcast, yaitu berkaitan dengan permasalahan sampah yang ada di rumah tangga dan sekitar kita, sehingga perlu adanya pengolahan sampah yang efektif. Permasalahan berbagai sampah seperti sampah organik, anorganik, dan jenis sampah lainnya. Dalam tema podcast kali ini kita juga memperingati dengan hari Kepedulian Sampah Nasional yang terjadi pada tanggal 21 Februari, maka dari itu kami akan membahas tentang pengolahan sampah anorganik dan organik sisa rumah tangga dengan pengolahannya yang akan dijelaskan oleh Vira.
Podcast di awali oleh moderator dengan menyampaikan pembukaan, kemudian memberikan sambutan kepada narasumber. Vira Maya selaku Ketua Paguyuban Eco Sae mengawali podcast dengan menceritakan awal mula terbentuknya Paguyuban Eco Sae ini dimulai pada tahun 2015 yang beranggotakan 11 ibu rumah tangga yang mempunyai latar belakang pekerjaan yang beragam. Vira menjelaskan bahwa dalam modal pengolahan sampah ini harus dimulai dengan “3 AH” yiatu “Cegah, Pilah, Olah” caranya apabila mencegah bisa diterapkan pada saat terdapat acara atau kegiatan makan bersama warga bisa membawa tumbler atau tempat makan sendiri dari rumah untuk mengurangi adanya sampah tempat makanan, kemudian jika tidak bisa mencegah maka kita harus bisa memilah antara sampah organik dan anorganik, jika kita tidak bisa memilah makan bisa diolah dengan cara sampah anorganik dicuci lalu dikeringkan.
Semua kegiatan di Paguyuban Eco Sae ini dikerjakan di weekend, untuk penimbangan sampah dilakukan pada minggu ke-3, sedangkan untuk memilah sampah dilakukan sebulan sekali. Sampah yang anorganik berupa plastik atau kertas dan semacamnya diolah dengan dicuci dengan bersih agar bisa ada nilai jualnya, masyarakat sekitar juga dianjurkan untuk bisa mengolah sampah anorganik dengan dicuci dengan bersih. Sistem dari Paguyuban ini adalah bank sampah jadi nantinya sampah yang dikumpulkan akan diolah menjadi produk yang berguna seperti tas, sabun mandi, sabun cuci, dan lain-lain. Masayarakat yang sudah menyetorkan sampah akan mendapatkan uang yang nantinya bisa diambil sebelum lebaran.
Moderator memberikan pertanyaan terkait apa yang membuat Paguyuban ini juga fokus mengolah sampah organik, kemudian Vira menjawab bahwa pada tahun 2015-2021 Paguyuban ini lebih fokus untuk pengolahan sampah anorganik, padahal penyumbang sampah terbanyak adalah sampah organik. Kemudian pada tahun 2021 terdapat CSR (Corporate Social Responsibility) dari sebuah perusahaan tambang yang pada saat itu menjelaskan tentang sampah organik, kemudian kita didampingi dan kita diberikan penyadaran tentang sampah organik lalu kita diajari untuk mengkompos sampah organik, kemudian kita membuat komposter komunal yaitu alat untuk membuang sampah organik langsung kedalam tanah sehingga sampah akan terserap dan tanah akan menjadi subur.
Diskusi dalam Podcast berlangsung secara interaktif. Pada sesi akhir Vira selaku narasumber memberikan statement yaitu kalau kita mengobrol tentang sampah tetapi tidak diimbangi dengan perilaku kita itu sama saja, kalau mau memulai pilah saja dulu antara organik dan anorganik dan bisa dimulai dari sekarang, kalau tidak mau bisa menerapkan “3 AH” tadi yaitu Cegah, Pilah, Olah.
Podcast Lestari PSLH UGM mengangkat tema yang berjudul “Sampah Tumpas oleh Perempuan Trengginas” sebagai media pengayaan kepada khalayak berkaitan dengan SDGs ke-9, yaitu ‘Industri, Inovasi dan Infrastruktur’ dalam hal ini melalui “Pengolahan sampah menjadi produk bermanfaat” dan berkaitan dengan SDGs ke-12, yaitu ‘Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab’ dalam hal ini melalui “Pengolahan sampah anorganik dan organik menjadi produk yang bermanfaat”
Hastag:
SDGs
Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab