Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah lembaga pendidikan yang menjadi salah satu penyedia ruang hijau (privat) yang penting di kawasan perkotaan, yang sering kali kekurangan ruang terbuka hijau. Taman Wisdom park (Taman kearifan) UGM misalnya, dengan luasan mencapai 6 hektar telah menjadi salah satu lahan konservasi keanekaragaman hayati ex-situ terluas di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berbagai jenis tanaman yang tumbuh di lahan RTH UGM akan dapat memastikan, berbagai tanaman tersebut dilindungi dan dipelajari untuk generasi mendatang.
Manfaat keberadaan RTH disertai berbagai vegetasinya tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dan peneliti atau internasl civitas akademika UGM saja, tetapi juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Diketahui, pengunjung wisdom park berasal dari seluruh lapisan masyarakat DIY, baik untuk menikmati keindahan, ketenangan atau berolahraga. Pada tahun 2019 tercatat, sebanyak 57.473 orang pengunjung yang melakukan kegiatan di Wisdom Park.
Foto: Suasana Sore hari di Wisdom Park UGM
RTH kampus UGM memiliki berbagai jenis keanekaragaman hayati dan vegetasi yang tersebar di seluruh lingkungan kampus. Kelimpahan vegetasi di RTH UUGM tersebar dalam 2 Zona, yaitu Zona Barat dan Zona Timur kampu UGM, yang secara keseluruhan dibagi menjadi 24 Klaster. Zona Barat, meliputi Klaster Teknik; Klaster Sains; Klaster Kesehatan; Klaster Vokasi; Klaster Pasca Sarjana; Klaster Perumahan Sekip; Klaster Pendukung Zona Barat. Sedangkan Zona Timur, meliputi: Klaster Sosio-Humaniora; Klaster Agro; Klaster Administrasi; Klaster MICE; Klaster Boulevard dan Riset Plaza; Klaster Komersial; Klaster Perumahan Bulaksumur; Klaster Konservasi/ lembah; Klaster Pendukung Zona Timur; dan Klaster Tambahan.
Berbeda dengan lokasi RTH perkotaan lainnya, lingkungan kampus merupakan rumah dan tempat berkumpulnya bagi para ahli lingkungan hidup (misalnya ahli ekologi, ahli botani, ahli zoologi dan konservasionis), yang menghasilkan berbagai penelitian terkait taksonomi tumbuhan dan hewan. Kehadiran berbagai ahli lingkungan hidup di lingkungan kampus akan semakin meningkatkan pengetahuan dan informasi berbagai spesies ke dalam lingkungan universitas. Pembangunan taman atau kebun raya di lingkungan universitas akan secara aktif turut meningkatkan kekayaan spesies di sekitar wilayah lingkungan universitas.
Keanekaragaman hayati yang hidup di lingkungan kampus, baik tumbuhan, maupun fauna seperti burung dan serangga dapat dicatat, dilindungi dan dipelajari untuk tujuan pendidikan dan tujuan akademis oleh mahasiswa dan peneliti universitas. Keanekaragaman hayati dan upaya konservasi di sekitar UGM dapat menjadi sumber daya pendidikan yang berharga bagi mahasiswa. Keberadaan keanekaragaman hayati di sekitar kampus dapat digunakan sebagai media yang efisien dalam rangka meningkatkan pengetahuan keanekaragaman hayati mahasiswa melalui pengajaran di luar ruangan perkuliahan.
Keberadaan RTH UGM yang dalam wilayah administrasi Kabupaten Sleman, akan sangat menunjang luasan RTH di Kabupaten Sleman. Saat ini, luasan RTH di Kabupaten Sleman masih berada di bawah angka ideal, yakni berkisar 8,7 persen, masih jauh dari capaian luasan ideal sebesar 20 persen dari luas wilayah kabupaten Sleman. Kehadiran luasan RTH yang ideal, diharapkan dapat meningkatkan indeks kualitas udara di kabupaten Sleman.
Gambar. Tampak kawasan hijau UGM di sekitar kawasan perkotaan.
Sepetak Taman Hoya di PSLH
Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), seluruh dunia saat ini sedang menghadapi tiga krisis planet (triple planetary crises) yang menentukan masa depan kehidupan yang baik dan sehat di Planet Bumi. Tiga krisis planet mengacu pada tiga masalah utama, yang saling terkait, yang saat ini dihadapi oleh seluruh umat manusia, yaitu perubahan iklim, hilangnya alam (keanekaragaman hayati), serta polusi dan limbah.
Baca: Mengenal “Triple Planetary Crisis”
Pendidikan konservasi keanekaraman hayati telah menjadi perhatian global yang sangat penting untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. PSLH UGM yang terletak di komplek gedung EfSD (Education for Sustainable Development) turut serta dalam upaya meningkatkan edukasi. Selain penyediaan RTH di sekitar gedung dan taman di rooftop, PSLH juga menyediakan sarana edukatif berupa taman hoya di sepetak lahan taman roof top PSLH UGM. Tenaga Ahli Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (PSLH-UGM) Iqmal Tahir, berpandangan bahwa upaya tersebut menjadi salah satu wujud peran serta dalam rangka menekan terjadinya kepunahan keanekaragaman hayati (biodiversity loss).
Kehadiran sepetak lahan taman hoya di PSLH UGM diharapkan mampu menumbuhkan minat, sekaligus mendorong keterlibatan bagi warga dan mitra PSLH UGM, terutama ketika melihat taman hoya secara langsung. Mengintegrasikan berbagai upaya pendidikan konservasi dalam berbagai kegiatan di Universitas tidak hanya membantu mahasiswa untuk memahami berbagai permasalahan lingkungan, tetapi dapat meningkatkan keberdayaannya dengan langkah-langkah nyata, sehingga dapat turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan.
Menurut peneliti BRIN, tanaman hoya adalah tanaman hias penyerap polutan dan memiliki manfaatnya lainnya yaitu untuk obat tradisional serta untuk perawatan kulit sehingga digemari oleh masyarakat sehingga identifikasi spesies yang akurat sangat penting untuk praktik konservasi keanekaragaman hayati, studi ekologi, dan hortikultura. Bahkan, tanaman Hoya menjadi salah satu dari enam tanaman termahal di dunia. Peneliti LIPI Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, ada potensi nilai ekonomi dari pembudidayaan dan konservasi tanaman Hoya di Indonesia.
Tanaman Hoya tumbuh, tingginya bisa mencapai tiga meter, dengan bunga berbentuk pola bintang dan tertutupi oleh bulu-bulu yang halus. Satu kuntum bunga Hoya bisa berukuran 1,5 cm dan tumbuh membentuk kelompok. Dalam pemberitaan Kompas.com, diketahui nilai ekonomi tanaman Hoya sangat tinggi. Salah satu jenisnya, yaitu Hoya carnosa compacta “Hindu Rope” menjadi tanaman hias termahal di situs perdagangan Trade Me, yang terjual seharga Rp 92 jutaan pada tahun 2020. Bunga hoya juga disebut dengan bunga porselen atau tanaman lilin, karena bunga Hoya tampak mirip seperti bunga buatan atau replika yang kerap jadi pajangan di rumah-rumah.
Dalam siniar yang ditayangkan di akun PSLH-UGM, Ketua Komunitas PPTHI (Perkumpulan Pelestari Tanaman Hoya Indonesia), Hervia Latuconsina mengatakan, bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam dan plasma nutfah yang melimpah. Menurut Hervia, tanpa adanya perlindungan dari pemerintah, maka banyak klaim tanaman hoya di luar negeri, kenyataanya berasal dari bumi Indonesia.
Tanaman hoya merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia yang harus kita selamatkan. Dalam hal itulah, hadirnya PPTHI berusaha untuk menjaga dan membudi daya tanaman hoya sebagai aset bangsa yang sangat berharga, yang sangat dihargai dan dikenal diluar negeri.
Sedangkan, tekanan terhadap tanaman hoya di dalam negeri umumnya terjadi karena minimnya pengetahuan tentang tanaman hoya yang tumbuh di alam liar. Menurut Bapak Purno Jayusman, bahwa masyarakat Gunung Kidul masih belum mengenal tanaman hoya, sehingga menganggapnya sebagai benalu yang menghambat pertumbuhan tanaman. Akibatnya tanaman hoya dianggap hama, yang cenderung diberantas. Padahal, tanaman Hoya adalah tumbuhan epifit yang tumbuh dan berkembang di atas tumbuhan lain dengan cara non parasit. Artinya, mereka hanya menumpang tempat hidup dengan merambah dan membelit, namun tidak merugikan tumbuhan inangnya.
Foto Sepetak Taman hoya PSLH UGM
Selain itu, masyarakat belumlah mengetahui, bahwa tanaman yang dianggap benalu tersebut ternyata berharga apabila dilestarikan dan berbunga. Menurut Purno Jayusman, selaku perintis konservasi tanaman hoya di Yogyakarta. Upaya edukasi tanaman kepada masyarakat terus dilaksanakan. Ketika masyarakat Gunung Kidul melakukan penebangan pohon jati misalnya, maka diharapkan tanaman hoya yang didapatkan akan dikumpulkan dan diserahkan untuk dilestarikan.
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman tanaman hias Hoya di dunia dengan lebih dari 25 persen populasi di dunia. Diperkirakan sampai tahun 2006, Indonesia memiliki sekitar 50-69 jenis Hoya, serta paling banyak tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Jumlah ini jelas lebih banyak dibandingkan dengan negara lain seperti; Papua Nugini (51 jenis), Semenanjung Malaysia (25 jenis), Thailand (32 jenis), India (39 jenis), dan Filipina (21 jenis).
Konservasi Keanekaragaman Hayati di Lingkungan Kampus Untuk SDGs
Keberadaan dan pembangunan berbagai taman atau kebun konservasi di lingkungan kampus UGM secara langsung dapat menghubungkan antara penelitian dan pendidikan konservasi keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar kampus. Baik mahasiswa maupun seluruh civitas akademika dapat memperoleh pendidikan konservasi keanekaragaman hayati secara umum maupun spesifik, sebagai langkah untuk meningkatkan apresiasi civitas akademika terhadap konservasi keanekaragaman hayati regional dan pengalaman alam.
Mahasiswa harus didorong menjadi generasi konservasionis yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Pengalaman mahasiswa dan seluruh civitas akademika secara langsung dengan lingkungan hidup sekitar kampus diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku menjadi generasi konservasionis. Selain itu, Keanekaragaman hayati di lingkungan universitas terhubung secara langsung dengan masyarakat, sehingga dapat menjadi suatu media pendidikan berharga kepada masyarakat. Patut diingat, bahwa kampus besar sering dianggap sebagai salah satu tempat rekreasi dan menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya, sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke lingkungan kampus. Dalam lingkungan kampus misalnya, berbagai tanaman yang telah diidentifikasi dapat diberikan diberi label tanaman, sebagai suatu upaya yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang tanaman kepada masyarakat dan civitas akademika.
Keberadaan berbagai jenis RTH di lingkungan Universitas, termasuk Taman Hoya yang ada di Rooftop Gedung PSLH UGM dapat memainkan peran penting dalam memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Developmeny Goals/ SDGs). Agenda SDGs PBB 2030 yang dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2015, dijabarkan lebih lanjut dalam 17 SDGs adalah seruan universal untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan hidup dan umat manusia. Langkah tersebut akan selaras dengan cita-cita Pengembangan UGM sebagai kampus ramah lingkungan yang hijau sekaligus Pengembangan UGM sebagai kampus sehat, nyaman, dan aman sebagaimana telah diamanatkan dalam Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Induk Kampus Universitas Gadjah Mada Tahun 2017 – 2037.
Keberadaan RTH di kampus yang berfungsi sebagai pusat keanekaragaman hayati, pendidikan, dan penelitian, akan berkontribusi pada berbagai pencapaian SDGs dengan cara mempromosikan keberlanjutan, perlindungan ekosistem, dan mendukung pendidikan. Fungsinya lebih dari sekadar tempat keindahan alam; RTH juga dapat berfungsi sebagai ruang penting sains, keberlanjutan, dan keterlibatan masyarakat bertemu untuk mengatasi tantangan global. Dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan ini ke dalam operasinya, kebun raya universitas menjadi mitra penting dalam mengejar masa depan yang lebih berkelanjutan.
SDGs utama yang didukung langsung oleh keberadaan RTH di kampus UGM adalah SDG ke 15, yaitu Kehidupan di Daratan (Life on Land) dengan fokus pada perlindungan, pemulihan, dan promosi ekosistem yang berkelanjutan. Dimana RTH dapat menyediakan ruang berbagai spesies flora, termasuk fauna di dalamnya, yang akan berkontribusi pada upaya konservasi keanekaragaman hayati, baik secara lokal maupun global. Keberadaan RTH di lingkungan akan berperan penting dalam menjaga ekosistem yang sehat, yang sangat penting bagi kesejahteraan planet ini. Dengan melestarikan keanekaragaman tanaman dan mendidik masyarakat tentang pentingnya melindungi habitat alami, maka keberadaan RTH dapat menunjang kelestarian kehidupan di daratan untuk generasi mendatang.
Kehadiran RTH juga sejalan dengan SDG 4, yaitu Pendidikan Berkualitas (Quality Education), dengan berfungsi sebagai laboratorium hidup bagi mahasiswa dan peneliti. Dimana RTH menyediakan kesempatan belajar langsung dalam bidang tumbuh-tumbuhan, ilmu lingkungan, dan keberlanjutan. Peran RTH dalam pendidikan tidak hanya terbatas pada mahasiswa, karena kenyataanya, RTH yang ada di lingkungan kampus UGM juga dapat dinikmati atau dimanfaatkan untuk masyarakat umum. Berbagai bentuk inisiatif pendidikan lingkungan hidup yang tersedia, diharapkan dapat membina seluruh masyarakat yang peduli lingkungan sekaligus turut membangun komunitas global yang lebih terinformasi dan proaktif yang berkomitmen pada keberlanjutan.
Selain konservasi keanekaragaman hayati, kebun raya ini berkontribusi signifikan terhadap SDG 13, yaitu Aksi Iklim (Climate Action). Tanaman berperan penting dalam memerangi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida dan mengatur suhu bumi. RTH kampus tidak hanya memamerkan berbagai spesies tanaman yang tumbuh subur di berbagai iklim, tetapi juga dapat berfungsi sebagai lokasi penelitian untuk mempelajari dampak perubahan iklim terhadap kehidupan tanaman. Para peneliti dan mahasiswa dapat lebih lanjut memanfaatakan RTH yang ada tersedia di kampus untuk memantau bagaimana tanaman merespons perubahan kondisi lingkungan, menawarkan wawasan yang dapat menginformasikan strategi global untuk adaptasi dan ketahanan iklim.
Sebagai lembaga pendidikan, universitas merupakan bagian dari solusi dan masalah terkait perubahan iklim. Selaras dengan SDG ke-4, maka pendidikan dapat berperan dalam mengubah perilaku dan sikap masyarakat. Sehingga peran universitas dalam kaitannya dengan pendidikan perubahan iklim sangat penting dalam mengatasi tantangan ilmiah, lingkungan, sosial, dan politik. Dengan terlibat aktif dalam upaya melawan perubahan iklim, universitas dapat memberikan solusi berbasis penelitian dan pendidikan untuk mengidentifikasi dampak iklim yang paling kritis dan cara untuk menanganinya. Lembaga pendidikan dapat beroperasi sebagai pusat dengan membuat, menguji, dan menyebarluaskan informasi tentang strategi mitigasi dan adaptasi iklim.
Foto Penghijauan di sekitar Graha Sabha Pramana, Perpustakaan Pusat, dan
Kantor Pusat UGM (Klaster Administrasi)
Selain itu, RTH kampus juga akan mendukung capaian SDG 6, yaitu Air Bersih dan Sanitasi (Clean Water and Sanitation) dengan menerapkan praktik pengelolaan air yang berkelanjutan. Sejak tahun 2020, UGM telah menetapkan kebijakan untuk penghematan sumber daya air dengan prinsip efesiensi dan konservasi. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat edaran Nomor 1797/ UN1.P/ KJM/ BU/ 2020 tentang Praktik Baik Kehidupan Yang Berkelanjutan (Sustainable Lifestyle).
Keberadaan tanaman dalam RTH tentunya membutuhkan sumber daya air yang signifikan sehingga praktik konservasi dan pengelolaan air yang efisien, seperti irigasi yang inovatif, pemanfaatan embung dan pemanenan air hujan menjadi langkah dalam menekan pemborosan air. Praktik mekanisme penyiraman taman di jalan lingkar Fakultas Teknik UGM misalnya, yang memanfaatkan air dari Embung dan Selokan Mataram sehingga dapat menekan penggunaan aquifer. Kehadiran praktik-praktik pengelolaan air yang berkelanjutan di lingkungan kampus UGM, tentunya akan secara langsung menjadi media pendidikan bagi seluruh civitas akademika UGM dan masyarakat umum tentang pentingnya menghemat air. Fokus pada keberlanjutan air ini memastikan bahwa tanaman tidak hanya tumbuh subur tetapi juga berfungsi sebagai model untuk penggunaan air yang efisien dalam pengelolaan tanaman dan RTH.
Terakhir, kontribusi penting keberadaan RTH di lingkungan perkotaan terhadap capaian SDG 11, yaitu Kota dan Komunitas Berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities). Dimana lingkungan perkotaan menghadapi tantangan terkait polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kurangnya ruang hijau. Keberadaan RTH Kampus telah menyediakan oasis hijau di lingkungan perkotaan, yang meningkatkan kualitas hidup penduduk setempat. Dengan mempromosikan perencanaan perkotaan yang berkelanjutan dan menjadi model untuk mengintegrasikan ruang hijau ke dalam lanskap kota, maka RTH Kampus dapat berkontribusi untuk menciptakan komunitas yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Kehadirannya mendorong pengembangan ruang perkotaan yang memprioritaskan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Pada pokoknya, keberadaan RTH kampus UGM dengan berbagai bentuk rupanya, dapat menjadi kekuatan untuk mendorong pencapaian SDGs/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Baik untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistem daratan, mempromosikan aksi iklim, menunjang pendidikan dan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Kehadiran RTH Kampus menjadi contoh nyata, tentang bagaimana lembaga dapat mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam misi utamanya, yaitu sebagai lembaga pendidikan. Melalui kontribusinya yang beragam, RTH kampus dapat memainkan peran penting untuk mengatasi tantangan konservasi keanekaragaman hayati dan perubahan iklim global.
Berbagai langkah upaya konservasi keanekaragaman hayati di lingkungan universitas diharapkan dapat menjadi media pendidikan yang mampu mempengaruhi persepsi mahasiswa dan masyarakat umum, sehingga dapat mendorong apresiasi terhadap kelestarian lingkungan hidup. Karena keberhasilan upaya konservasi keanekaragaman hayati akan sangat bergantung pada dukungan publik atau masyarakat pada umumnya. Harapannya adalah jalan menuju masa depan yang bertanggung jawab secara ekologis akan semakin terbuka. Semoga…
Daftar Pustaka
Development Goals with botanic gardens, Environmental Science & Policy, Volume 152, 2024.
Nisa Erpamukçu Oruç, Arzu Ispalar Çahantimur, Beyond a garden: Alignment of Sustainable
Towards a greater engagement of universities in addressing climate change challenges
University campuses as valuable resources for urban biodiversity research and conservation
Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Induk Kampus Universitas Gadjah Mada Tahun 2017 – 2037.
https://residence.ugm.ac.id/2020/02/13/wisdom-park-kesejukan-di-tengah-kota/
https://ft.ugm.ac.id/pak-tono-merawat-taman-menyuguhkan-keindahan/