Kabupaten Bantul DIY dan wilayah-wilyah berbatasan dengan samudera Hindia dinyatakan rawan gempabumi dan tsunami. Pasalnya berbatasan langsung dengan samudera Hindia yang merupajan wilayah terdekat denan zona subduksi lempeng Australia dan Eurasia. Kejadian gempabumi 27 Mei 2006 menguatkan predikat Kabupaten Bantul sebagai wilayah yang termasuk dalam kategori wilayah rawan bencana gempabumi.
Seperti diketahui, akibat bencana gempabumi, total kerusakan rumah di Bantul sebesar 236.024 rumah dengan rincian 132.432 rumah rusak berat dan roboh, 37.233 rumah rusak sedang dan 66.359 rumah rusak ringan.
Menurut penelitian Staf peneliti Risk Information Mamagement System in Yogyakarta (RIMSY), Suryanto, M.Sc, faktor tingkat kerentanan terhadap risiko gempabumi terjadi akibat kerentanan karena kepadatan penduduk dan kerentanan karena kepadatan pemukiman. Kasus gempabumi di Bantul menunjukkan wilayah yang rawan bencana justru terjadi di wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan pemukiman tinggi. Dimana wilayah rawan bencana tersebut berkarakteristik dataran aluvial dan fluvial. “Di Bantul, kecamatan Banguntapan adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan termasuk wilayah rawan bencana, demikian pada kecamatan Jetis dan Bambanglipuro,” kata dosen UNS Surakarta ini dalam ujian promosi doktor ilmu lingkungan Sekolah Pascasarjana UGM yang berlangsung di ruang auditorium fakultas Geografi, Sabtu (17/12).
Sementara berdasarkan hasil overlay peta tingkat kerawanan bencana, diketahui desa yang berpotensi memiliki kerentanan adalah desa-desa yang berada di kecamatan banguntapan, kecamatan jetis dan kecamatan bantul.
Menurutnya, untuk mengurangi risiko dampak bencana, maka manajemen risiko bencana berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan kesediaan masyarakat melakukan mitigasi dan dimasukkannya kurikulum kebencanaan di pendidikan formal. Karena itu, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat merupakan suatu keharusan untuk mengurangi risiko. “Selain itu, kearifan lokal masyarakat Bantul, saiyeg saeko kapti, setidaknya memperkecil pengeluaran masyarakat untuk kegiatan mitigasi,” katanya.
Sumber: Humas UGM