Dosen Geologi dari Yangon University, Myanmar, May Thwe Aye, berhasil meraih gelar doktor di kampus UGM setelah mempertahankan ujian disertasi penelitiannya tentang mineralisasi skarn pada endapan emas dan tembaga di tambang Batu Hijau, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitiannya dia mendapatkan bahwa di areal pertambangan batu hijau tersebut tidak ditemukan batuan gamping. Padahal endapan emas umumnya tertutup oleh empat satuan batuan, yakni batugamping, batupasir meta-batupasir tufaan, batuan intrusi diorit-andesit porfiri dan retas batuan andesit. “Meski tidak dijumpai batugamping pada deposit Batu Hijau, namun keberadaannya diganti dengan batuan-batuan vulkanik kaya kalsium yang terbentuk secara mineralisasi dengan tipe skarn,” kata May Thwe Aye dalam ujian doktor dalam ilmu geologi fakultas teknik UGM, Jumat (10/2).
Menurutnya, skarn ini dijumpai pada kontak antara batuan volkanik andesitik dan intrusi tonalit porfiri intermediet. Deposit tipe skarn ini dapat diklasifikasikan sebagai kalsik-eksoskarn, yang terdiri atas skarn kaya-Fe dan teroksidasi yang secara setempat dikontrol oleh zona-zona patahan dan geseran. Sementara karakteristik mineralisasi skarn di Batu Hijau berhubungan dengan porfiri yang terzonasi secara mineralogi dan metalogeni, di mana transisi antara satu tipe deposit ke tipe deposit berikutnya relatif sangat cepat, seperti terlihat dari zona perkembangan yang dekat dan terbentuk bersamaan dan zona alterasi overprinting kuarsa-pirit.
Dia menambahkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kisaran deposit-deposit yang berhubungan dengan porfiri (porphyry-related deposits), skarn (batuan kalk-silikat-magnetit) dan porfiri (batuan teralterasi potasik) dapat terbentuk dalam satu kejadian hidrotermal yang panjang.
Salah satu anggota tim promotor, Dr. Arifudin Idrus mengatakan mineralisasi skarn pada deposit emas dan tembaga jarang pernah terjadi di Indonesia. “Ini hal yang menarik, di Indonesia keberadaan mineralisasi skarn pada emas dan tembaga jarang ditemukan” katanya.
Sumber: Humas UGM