Populasi seringkali menjadi kambing hitam dalam persoalan yang timbul di lingkungan hidup. Meningkatnya populasi (khususnya manusia) dianggap menjadi penyebab lingkungan hidup semakin terdegradasi. Namun apakah asumsi tersebut sepenuhnya benar?
Memahami Populasi
Istilah populasi muncul dalam kehidupan manusia seringkali pertama diperkenalkan melalui keilmuan biologi. Ketika masih di usia sekolah dasar, istilah populasi telah diperkenalkan sebagai sekumpulan individu sejenis (memiliki ciri-ciri sama) dan hidup di tempat (habitat) yang sama. Namun apabila menggunakan kacamata keilmuan lain seperti statistik, maka populasi merupakan data secara keseluruhan yang menjadi fokus penelitian dengan ruang lingkup dan waktu tertentu.
Meskipun memiliki definisi yang berbeda-beda di masing-masing keilmuan, tetapi pada dasarnya prinsip populasi dapat dikatakan mirip yaitu terdiri dari unsur kumpulan sesuatu/ individu yang sama dalam ruang lingkup yang sama. Bahkan dalam keilmuan biologi, populasi juga menjadi salah satu obyek keilmuan yang penting untuk dipelajari dalam rangka mengetahui proses perubahan genetiknya. Lantas bagaimana konsekuensi populasi apabila dibawa dalam upaya pelestarian lingkungan?
Kepadatan Penduduk atau Pertumbuhan Penduduk?
Berbicara tentang masalah populasi dapat menjadi sebuah tantangan terlebih ketika pertumbuhan populasi berubah menjadi overpopulasi. Overpopulasi manusia dianggap menjadi pendorong utama hilangnya kenaekaragaman hayati dan berbagai sumber daya yang dibutuhkan dalam kehidupan di bumi. Overpopulasi diasumsikan menjadi penyebab manusia tidak dapat berbagi sumber daya dengan spesies lain sehingga menjadi malapetaka bagi spesies lain.
Suatu populasi dapat dihitung apakah telah menjadi overpopulasi atau masih dalam batas wajar dengan cara mengalikan antara jumlaj manusia dengan konsumsi per kapita. Semakin tinggi tingkat konsumsi per kapita, semkain rendah populasi yang berkelanjutan secara ekologis. Semenjak jumlah manusia dan konsumsi per kapita mengalami peningkatan di seluruh dunia, dunia menjadi lebih padat. Hal ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan dampak lingkungan.
Menurut konsep ‘Carrying Capacity’ yang dicetuskan oleh Thomas Malthus, dapat didefinisikan sebagai ukuran populasi maksimal yang dapat ditampung dan dipenuhi segala kebutuhannya oleh alam. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dampak bagi lingkungan seperti konsumsi sumber daya (lahan, pangan, air, udara, bahan bakar fosil dan mineral) dan limbah dari hasil konsumsi seperti polusi udara dan air, material beracun dan gas rumah kaca.
…masalah sebenarnya adalah kepadatan penduduk dibandingkan pertumbuhan penduduk.
Meskipun overpopulasi banyak diyakini sebagai penyebab kerusakan lingkungan, terdapat sebuah pendapat dengan bukti yang signifikan bahwa klaim overpopulasi adalah palsu. Melalui pandangan tersebut kemudian ditinjau kembali masalah sebenarnya adalah kepadatan penduduk dibandingkan pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh, Menurut Departemen Pertanian Oklahoma, negara bagian tersebut memiliki area seluas 69.903 mil persegi. Apabila setiap orang diberi ruang hidup seluas 300 meter persegi, Oklahoma dapat menampung 19,49 miliar orang (hampir 3x lipat penduduk bumi yang saat ini berjumlah 7 miliar.
Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa bumi masih memiliki cukup ruang untuk manusia. Namun saat ini seringkali manusia tentu saja memilih tempat tinggal yang dianggap strategis dan dapat menjadi sumber mata pencaharian. Asumsi ini sebagian besar membuat manusia memilih untuk tinggal di kota-kota besar yang memiliki akses ke fasilitas umum cenderung lebih mudah dann perputaran ekonomi lebih cepat. Padahal kepadatan yang terpusat di kota tertentu mengakibatkan berbagai dampak seperti kejahatan, kemacetan, polusi, hingga stres.
Lantas, apakah kemudian perpindahan penduduk menjadi jawaban pamungkas terkait permasalahan ini? Tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan ketika hendak mengatasi persoalan kepadatan penduduk. Pemerataan pembangunan fasilitas-fasilitas tentu perlu diperhatikan. Dan tidak dapat dinafikan keberadaan spesies lain yang juga memiliki hak untuk hidup dan memiliki habitat sama seperti spesies manusia.
Referensi
Hamilton, M. B. (2009). Population Genetics. Wiley.
Marrs, J. (2015). Population Control: How Corporate Owners Are Killing Us. HarperCollins.
Philip, C., Pernilla, H., & Frank, G. (2022). Overpopulation is a major cause of biodiversity loss and smaller human populations are necessary to preserve what is left. Biological Conservation, 272, 1-9. https://doi.org/10.1016/j.biocon.2022.109646
Stephen, D., & Colin, B. (2015, July 24). Population and environment: a global challenge – Curious. Australian Academy of Science. Retrieved July 11, 2022, from https://www.science.org.au/curious/earth-environment/population-environment