Apabila diingat-ingat, ketika memasuki usia sekolah menengah membenci pelajaran biologi seringkali disebabkan oleh adanya nama-nama latin yang harus dihafal. Binomial nomenclature yang menjadi standar dalam penamaan spesies secara internasional ini biasanya menggunakan bahasa latin yang tentu saja tidak lazim bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari tulisannya hingga pengucapannya yang membingungkan. Harus dibaca dengan pronunciation Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia atau ada pronunciation khusus? Memang terasa menyebalkan.
Hingga saat ini mungkin kita masih ingat beberapa nama latin yang sering muncul di ujian ketika sekolah dulu seperti Zea mays, Cocos nucifera, dan tentu saja Oryza sativa. Terdiri dari 2 kata yang mana kata pertama merupakan nama genus, dan kata kedua adalah epitet. Aturan penulisannya pun khusus yaitu apabila diketik harus menggunakan format italic, apabila ditulis tangan harus menggunakan format underline. Bagaimana? Sudah cukup untuk mengingat kebencian terhadap biologi?
Dulu mungkin bertanya, “Apa fungsinya aku menghafal nama-nama latin ini?”. Kalaupun sekarang tidak menjadi ahli biologi di bidang sistematika, ternyata nama-nama itu juga berperan penting untuk menjaga lingkungan hidup kita supaya tetap layak huni lho.
Pentingnya Eksistensi Keanekaragaman Hayati Bagi Kehidupan
Keanekaragaman hayati merujuk pada jumlah, kelimpahan dan komposisi genotip, populasi dan tipe fungsional, komunitas dan unit lanskap yang terdapat dalam sebuah sistem. Keanekaragaman hayati merupakan variabel yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, ketersediaan sumber daya, dan gangguan serta faktor dengan potensi untuk mempengaruhi laju, besaran dan arah proses ekosistem. Keberadaan keanekaragaman hayati memiliki pengaruh penting bagi ketersediaan jasa ekosistem, baik bagi manusia maupun makhluk lainnya.
Jasa ekosistem secara luas didefinisikan sebagai manfaat yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia. Ekosistem berkontribusi untuk membuat kehidupan manusia layak. Namun sesungguhnya, keberadaan keanekaragaman hayati tanpa sudut pandang manusia dalam memanfaatkan jasa ekosistem pun memiliki nilai intrinsiknya sendiri. Menurut sebuah buku biodiversitas yang diterbitkan oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), terdapat 5 nilai inti dari keanekaragaman hayati yang bermanfaat atau berinteraksi bagi manusia.
- Bidang Ekonomi
Keanekaragaman hayati memberi manusia bahan mentah untuk konsumsi dan produksi. Terdapat banyak mata pencaharian seperti bidang pertanian, kelautan dan perkebunan yang bergantung pada keanekaragaman hayati.
- Kehidupan Ekologis
Keanekaragaman hayati menyediakan ekosistem yang berfungsi memasok ketersediaan oksigen, udara, air bersih, penyerbukan tanaman, pengendalian hama, pengolahan air limbah, dan sebagainya.
- Bidang Rekreasi
Kegiatan rekreasi banyak yang bergantung pada keanekaragaman hayati khususnya di Indonesia yang unik. Mulai dari mengamati burung, memanjat, berkemah, memancing, dan sebagainya.
- Bidang Budaya
Hal ini berkaitan dengan masyarakat adat yang banyak bergantung dan memanfaatkan keanekaragaman hayati. Namun meskipun demikian, masyarakat adat yang memiliki “sense of belonging” terhadap keanekaragaman hayati tersebut memanfaatkan seperlunya dan merawat sehingga keberadaannya lebih berkelanjutan. Terdapat aturan-aturan yang mengikat dalam budaya masyarakat adat untuk senantiasa melestarikan keanekaragaman hayati.
- Bidang Ilmiah
Adanya keanekaragaman hayati yang mewakili kekayaan data ekologi membantu manusia untuk lebih memahami alam dan asal-usulnya.
Menjaga Keseimbangan Ekosistem dengan eDNA
Abad ke-21 dunia dihadapkan pada berbagai tantangan salah satunya yang cukup krusial yaitu hilangnya keanekaragaman hayati. Hampir di seluruh belahan bumi, populasi flora dan fauna liar berkurang signifikan akibat gangguan antropogenik. Hal ini mendorong kesepakatan politik internasional untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini. Seluruh upaya konservasi untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati pada dasarnya bergantung pada pemantauan biologis. Pemantauan yang bertujuan untuk memperoleh data yang tepat terkait distribusi spesies dan ukuran populasi pada skala waktu ekologi dan politik yang relevan. Namun seringkali upaya pemantauan mengalami kesulitan dan keterbatasan sehingga saat ini muncul terobosan untuk pemantauan keanekaragaman hayati dengan eDNA (Environmental DNA).
DNA Lingkungan (Environmental DNA) muncul dengan gagasan untuk memperoleh asam nukleat mikroba langsung dari sampel lingkungan. DNA lingkungan merupakan DNA inti sel maupun mitokondria yang dilepaskan oleh suatu organisme ke lingkungan. Hal ini untuk mempermudah deteksi berbagai organisme makhluk hidup (prokariotik dan eukariotik) yang meninggalkan jejak DNA melalui berbagai komponen seperti sel, kotoran, kulit, lendir, rambut, bulu, dan sebagainya.
Adanya metode eDNA pada dasarnya mempermudah pekerjaan identifikasi dan pemantauan keanekaragaman hayati. eDNa juga dapat menjadi solusi untuk deteksi spesies perairan yang seringkali sulit dalam pengambilan sampel dan pemantauan populasi. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk pemantauan spesies invasif yang seringkali menjadi salah satu penyebab hilangnya spesies asli dari ekosistem.
Terdapat 2 istilah penting dalam penggunaan metode eDNA yaitu barcoding dan metabarcoding. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada primer yang digunakan. Studi eDNA barcoding menggunakan primer spesifik untuk mendeteksi fragmen DNA dari satu spesies, sedangkan metabarcoding menggunakan primer universal untuk secara bersamaan mendeteksi jutaan fragmen DNA dari banyak spesies.
Melalui penggunaan metode eDNA, peneliti tidak perlu terlalu lama di lapangan. Cukup dengan melakukan analisis DNA dari material yang mengandung materi genetik diambil dari lingkungan, maka pemantauan keanekaragaman hayati sudah dapat dilakukan. Bahkan menurut beberapa penelitian, pemantauan beberapa kelompok spesies lebih akurat menggunakan metode eDNA.
Meskipun di Indonesia pengggunaan eDNA masih sekedar di tahap penelitian, tetapi terobosan ini patut didukung guna melestarikan kekayaan sumber daya yang dimiliki Indonesia.