Aktivitas manusia berpengaruh besar pada kondisi bumi, bukan tidak mungkin manusia di masa depan akan ditenggelamkan oleh ciptaannya sendiri, yaitu plastik.
Istilah Antroposen diperkenalkan hampir dua dekade lalu oleh ilmuwan atmosfer sekaligus peraih Nobel, Paul Crutzen, dan ahli biologi Eugene Stoermer. Antroposen merujuk kepada suatu zaman geologis baru yang menunjukkan peningkatan intensitas aktivitas manusia yang mempengaruhi lingkungan global.
Aktivitas manusia awalnya diusulkan sebagai salah satu penyebab perubahan lingkungan yang ada di planet ini, sama halnya dengan perubahan zaman geologis sebelumnya (Pleistosen hingga Holosen), atau bahkan lebih besar. Sejak saat itu, istilah Antroposen banyak digunakan di berbagai kalangan baik ilmiah maupun non ilmiah. Namun, istilah tersebut masih belum diresmikan oleh International Union of Geological Science (IUGS). Hal ini diragukan karena, “Apakah manusia telah mengubah sistem Bumi ke titik yang tercermin dalam lapisan batuan?”.
Lapisan batuan umumnya digunakan untuk menentukan sebuah zaman dalam ilmu Geologi. Hal ini dilihat dari tumpukan lapisan-lapisan batuan (stratifikasi) yang di dalamnya mengandung informasi tentang tipe batuan, fosil, usia batuan, geokimia dan sebagainya. Lantas saat ini, apakah manusia telah melakukan perubahan atau sedang menuju perubahan besar terhadap lapisan batuan tersebut?
Fosil Plastik
Munculnya plastik sejak pertengahan abad ke-20 hingga saat ini, baik sebagai elemen material kehidupan modern maupun sebagai pencemar lingkungan telah banyak diperbincangkan. Distribusinya yang luas baik di kawasan terestrial maupun lautan menunjukkan bahwa plastik adalah indikator geologis utama dari Antroposen, sebagai komponen strata yang khas.
Plastik saat ini dapat ditemukan hampir di berbagai tempat, bahkan menjadi bagian dari endapan sedimen di wilayah terestrial maupun laut. Kebiasaan masyarakat menimbun sampah, termasuk sampah plastik ke dalam tanah akan menyebabkan penumpukan. Mungkin apabila tanah tersebut digali akan ditemukan sebuah lapisan tersendiri yaitu lapisan sampah plastik.
Plastik saat ini sudah tersebar luas di endapan sedimen tanah dan jumlahnya akan tumbuh berkali-kali lipat selama beberapa dekade mendatang. Apabila kebiasaan buruk dalam mengelola sampah plastik tidak dihentikan, maka manusia-manusia saat ini hanya akan menciptakan strata baru pada lapisan sedimen yang seluruhnya mengandung sampah plastik. Manusia-manusia Sampah.
Berbeda dengan plastik yang berukuran makro, mikroplastik dan nanoplastik juga telah banyak ditemukan di berbagai tempat. Persebarannya pun beragam, mulai dari proses fisik maupun biologis. Nanoplastik juga diduga berpotensi dapat menembus dinding sel dan telah terbukti mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi beberapa jenis biota.
Mungkin ilmuwan Geologi di masa depan tidak lagi memerlukan radiometri untuk menentukan usia endapan sedimen karena terdapat fosil plastik kemasan yang masih utuh dan tanggal produksinya masih tertera.
Patricia L. Corcoran pada tahun 2014 menemukan Plastiglomerate. Plastiglomerate adalah material yang terdiri dari komponen fragmen batuan, butiran pasir, puing-puing plastik, bahan organik yang menyatu karena adanya lelehan plastik akibat pembakaran. Material ‘batu antropogenik’ ini pertama kali ditemukan di Hawai’i dan sejak saat itu banyak ditemukan di Indonesia termasuk Bali hingga California, Amerika Serikat, Madeira, Portugal dan Ontario, Kanada. Plastiglomerate berpotensi terkubur, terawetkan, dan menjadi bagian dari rekam batuan.
Selain itu, mungkin ilmuwan Geologi di masa depan tidak lagi memerlukan radiometri untuk menentukan usia endapan sedimen karena terdapat fosil plastik kemasan yang masih utuh dan tanggal produksinya masih tertera.
Ekosistem Plastisfer
Terdapat 9 batasan dalam Planetary Boundaries Framework yang dicetuskan oleh Stockholm Resilience Centre pada tahun 2009. Planetary Boundaries Framework merupakan batas kondisi lingkungan supaya manusia dapat tetap hidup aman di bumi. Salah satu bagian dari Planetary Boundaries Framework adalah aspek “Polusi Kimia” yang istilahnya telah diperbaharui oleh Steffen et al (2015) menjadi aspek “entitas baru”.
Entitas baru (Novel Entities) didefinisikan sebagai “zat baru, bentuk baru dari zat yang ada, dan bentuk kehidupan yang dimodifikasi”, termasuk “bahan kimia dan jenis bahan atau organisme rekayasa baru lainnya yang sebelumnya tidak diketahui oleh sistem bumi. Penelitian terbaru dari Persson et al (2022) menyatakan bahwa jumlah entitas baru di bumi, sudah melebihi batasan dari Planetary Boundaries Framework dalam kurun waktu yang cepat. Salah satunya plastik.
Tanggal 28 Februari – 2 Maret 2022 United Nations Environment Assembly (UNEA 5.2) diselenggarakan di Nairobi Kenya. Poin penting dan resolusi bersejarah dalam pertemuan tersebut adalah agenda bersama untuk mengakhiri polusi plastik dan membentuk perjanjian internasional yang mengikat secara hukum pada 2024.
Perjanjian tersebut menjadi penanda bahwa entitas baru bernama plastik tidak seharusnya menempati posisi sebagai komponen penting dalam sejarah besar bumi. Perjanjian ini tidak hanya meliputi polusi plastik yang sudah menjadi sampah, melainkan mulai dari ekstraksi untuk produksi plastik, pembuatan plastik, penggunaan hingga pembuangan. Berbagai industri yang berkepentingan harus terlibat untuk menangani masalah plastik dalam seluruh siklus hidup plastik. Industri harus memperhatikan desain plastik yang digunakan sehingga dapat digunakan kembali dan/ atau didaur ulang supaya tidak ada tambahan produksi plastik baru di bumi. Ekonomi sirkular memiliki peran penting dalam mencapai tujuan ini. Sebagaimana diketahui, produksi plastik melonjak dari 2 juta ton pada tahun 1950 menjadi 34,8 juta ton pada tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat di tahun 2040.
Plastik dalam siklus hidupnya memiliki banyak pengaruh terhadap kondisi pemanasan global. Hampir semua plastik berasal dari bahan seperti etilen dan propilen yang terbuat dari bahan bakar fosil (sebagian besar minyak dan gas). Mulai dari proses ekstraksi bahan bakar fosil hingga pembuatan plastik seluruhnya menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Tidak hanya berhenti pada proses produksi, plastik yang sudah tidak digunakan dan menjadi sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan timbulnya sampah. Sebagian orang membakar sampah tersebut dan akan mencemari udara dengan zat kimia berbahaya seperti dioxin serta menambah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Jika produksi dan penggunaan plastik terus terjadi dan mengalami peningkatan, maka pada tahun 2030 emisi yang dihasilkan setara 1,34 gigaton per tahun. Jumlah ini setara dengan emisi yang dikeluarkan lebih dari 295 PLTU 500 megawatt. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kesepakatan global untuk mempertahankan suhu bumi di bawah 1,5℃.
Selain meningkatkan risiko krisis iklim, aspek hilangnya keanekaragaman hayati juga turut mengalami tekanan. Sebagaimana plastik di lingkungan banyak menyebabkan kematian pada satwa liar.
Plastik di lingkungan kini telah banyak yang berubah menjadi plastisfer. Sebutan ini merupakan analogi dari lapisan kehidupan bumi yang biasa disebut biosfer. Penelitian Linda Amaral-Zettler mengungkap adanya kehidupan di permukaan plastik yang mengapung di laut. Berdasarkan analisis hingga tingkat genetik, ditemukan sekitar 1000 jenis mikroba pada serpihan plastik berukuran 5 mm. Bahkan organisme yang seharusnya tidak dapat hidup di laut terbuka pun bertahan di plastisfer.
Adanya fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa plastik yang dapat bertahan dalam waktu lama dapat menimbulkan mikroba yang hidup di plastisfer menjadi spesies invasif. Jika mikroba tersebut berpindah-pindah ke berbagai ekosistem, mereka dapat berdampak pada populasi mikroba asli dan organisme yang lebih besar yang bergantung pada mikroba tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh pada keseimbangan ekosistem yang ada di alam kita.
Setiap masa dan manusia membentuk sejarah. Mungkin di masa depan kita akan dikenang dalam sejarah geologi sebagai manusia-manusia sampah. Sampah plastik mungkin juga akan mempercepat primata seperti Homo sapiens punah. Tinggal tunggu waktunya.
Referensi
Anthropocene. (2019, June 7). National Geographic Society. Retrieved March 4, 2022, from https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/anthropocene/
Carrington, D. (2016, August 29). The Anthropocene epoch: scientists declare dawn of human-influenced age. The Guardian. Retrieved March 4, 2022, from https://www.theguardian.com/environment/2016/aug/29/declare-anthropocene-epoch-experts-urge-geological-congress-human-impact-earth
Center for International Environmental Law. (2019, May 15). Sweeping New Report on Global Environmental Impact of Plastics Reveals Severe Damage to Climate. Center for International Environmental Law. Retrieved March 7, 2022, from https://www.ciel.org/news/plasticandclimate/
Corcoran, P. L., & Jazvac, K. (2020). The consequence that is plastiglomerate. Nature, 1, 1-2. https://doi.org/10.1038/s43017-019-0010-9
O’Hara, K. D. (2018). A Brief History of Geology. Cambridge University Press.
Persson, L., Carney Almroth, B. M., Collins, C. D., Cornell, S., de Wit, C. A., Diamond, M. L., Fantke, P., Hasselov, M., Macleod, M., Ryberg, M. W., Jorgensen, P. S., Gomez, P. V., Wang, Z., & Hauschild, M. Z. (2022). Outside the Safe Operating Space of the Planetary Boundary for Novel Entities. Environmental Science & Technology, 56, 1510-1521. https://doi.org/10.1021/acs.est.1c04158 E
Petersen, M., & Ritter, S. M. (2014). Interpreting Earth History: A Manual in Historical Geology. Waveland Press, Incorporated.
Publishing, B. E. (2010). Geochronology, Dating, and Precambrian Time: The Beginning of the World as We Know It (J. P. Rafferty, Ed.). Britannica Educational Publishing.
Steffen, W., Richardson, K., Rockstrom, J., Cornell, S. E., Fetzer, I., Bennett, E. M., Biggs, R., Carpenter, S. R., Vries, W. D., De Wit, C. A., Folke, C., Gerten, D., Heinke, J., Persson, G. M., Ramanathan, V., Reyers, B., & Sorlin, S. (2015). Planetary boundaries: Guiding human development on a changing planet. Science, 347(6223). https://doi.org/10.1126/science.1259855
UNEP. (2022, March 2). Historic day in the campaign to beat plastic pollution: Nations commit to develop a legally binding agreement. UNEP. Retrieved March 5, 2022, from https://www.unep.org/news-and-stories/press-release/historic-day-campaign-beat-plastic-pollution-nations-commit-develop
WWF. (n.d.). Plastic waste and climate change – what’s the connection? WWF-Australia. Retrieved March 5, 2022, from https://www.wwf.org.au/news/blogs/plastic-waste-and-climate-change-whats-the-connection
Zalasiewicz, J., Waters, C. N., Ivar do Sul, J. A., Corcoran, P. L., Barnosky, A. D., Cearreta, A., Edgeworth, M., Gałuszka, A., Jeandel, C., Leinfelder, R., McNeill, J.R., Steffen, W., Summerhayes, C., Wagreich, M., Williams, M., Wolfe, A. P., & Yonan, Y. (2016). The geological cycle of plastics and their use as a stratigraphic indicator of the Anthropocene. Anthropocene, 13, 4-17. http://dx.doi.org/10.1016/j.ancene.2016.01.002