Sampai dengan abad ke-19, tangga telah menjadi satu-satunya transportasi yang lazim dipergunakan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi. Dalam perkembangannya, tangga menjelma menjadi simbol keindahan dan kemegahan suatu bangunan, baik di dalam maupun luar ruangan bangunan. Banyak dijumpai bangunan, seperti hotel dan rumah mewah, yang membangun tangga dengan arsitektur seni yang indah nan megah.
Pada masa ini, tangga semakin diabaikan. Lokasinya ditempatkan pada sisi-sisi pojok bangunan. Termarginalkan, dimana hanya diperlukan untuk sekedar menyediakan jalur keluar yang aman dalam keadaan darurat.
Ilustrasi: Dorongan untuk mengabaikan tangga, yang bersebelahan dengan lift
Salah satu motivasi untuk menggunakan tangga daripada lift adalah kesehatan. Cara sederhana untuk tetap sehat secara adalah dengan melakukan aktivitas fisik dengan menggunakan tangga. Tubuh kita akan membutuhkan energi 8-9 kali lebih banyak untuk bergerak menaiki tangga, daripada sekadar duduk. Berbagai jenis kegiatan olahraga telah diakui membawa dampak positif pada kesehatan tubuh, baik fisik maupun mental.
Setelah bangunan dirancang dan kemudian dibangun dengan menyediakan sarana transportasi lift, seharusnya sudah tidak ada kekhawatiran tentang energi yang akan dikonsumsi. Terlebih jika anda berada dalam gedung dengan lalu lintas orang yang padat tentu akan mengurangi kenyamanan anda menggunakan tangga. Namun, apabila kita beraktivitas dalam bangunan yang tidak terlalu tinggi, dengan sedikit lalu lintas orang di dalamnya, sehingga lift seringkali tidak dipergunakan untuk waktu lama (Standby), maka langkah untuk mendorong penggunaan tangga layak dipertimbangkan.
Poster diatas memberi pesan kepada kita semua, bahwa kita seharusnya membakar kalori kita dengan menaiki tangga, daripada menggunakan listrik untuk menggerakan lift (elevator). Secara sederhana, apabila lift tidak dipergunakan, maka tidak akan ada energi listrik untuk menjalankan lift. Sehingga lebih menghemat energi.
Lantas pertanyaan utamanya adalah, seberapa banyak energi listrik yang dihemat atau seberapa besar karbon yang bisa kita kurangi? Jawabannya sungguh sulit untuk diuraikan, serta dipahami untuk orang awam yang tidak bergelut dengan kinerja lift, energi listrik, atau perhitungan kalori dan karbon. Apalagi hal tersebut akan terkait banyak keadaan yang mempengaruhinya, seperti sumber listrik yang dimanfaatkan, jenis, kecepatan, dan sistem lift yang dipergunakan, serta jumlah lantai dan pengguna lift atau tingkat lalu lintas transportasi dalam gedung, yang mana semuanya akan saling terkait dengan efisiensi listrik dalam penggunaan lift. Menekankan diskusi pada penggunaan listrik saat memutuskan untuk tidak menaiki lift terlalu rumit untuk dipersoalkan.
Namun, lift telah diyakini mengonsumsi 5-10% dari energi bangunan. Dimana bangunan mewakili sepertiga konsumsi energi, sekaligus bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga emisi karbon (CO²) global. Wajarlah, jika Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau, menetapkan salah satu indikator penilaian efisiensi energi dari sistem transportasi vertikal (lift) pada bangunan gedung. Penilaian penuh (maksimal) dalam efisiensi energi akan diberikan kepada bangunan yang tidak menggunakan lift.
Upaya efisiensi energi pada bangunan melalui penggunaan lift adalah langkah sederhana yang dapat menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon. Apalagi ketika harga minyak mentah dunia sebagai sumber utama energi listrik saat ini mencapai titik tertingginya (sejak tahun 2014), melesat hampir 100 dollars per/barrel. Saat ini harga bbm terus melambung tinggi, apalagi setelah pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia secara resmi mengumumkan perang dengan Ukraina yang masih berlangsung sampai sekarang.
Penggunaan tangga bukanlah suatu kewajiban. Pada prinsipnya, penggunaan tangga adalah wujud kepedulian lingkungan serta menjadi cara untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Sehingga, tidaklah dianjurkan untuk terlalu memaksakan diri atau bahkan sampai mengurangi kinerja anda. Apalagi jika anda beraktivitas dalam gedung pencakar langit seperti Burj Khalifa (Burj Dubai) di Dubai.
Hal tersebut dapat menjadi langkah besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum. Tangga selalu tersedia di seluruh bangunan bertingkat. Kapanpun dan dimanapun anda dapat melatih kebugaran untuk meningkatkan kesehatan secara terus menerus.
Perubahan kecil pada kebiasaan sehari-hari kita dapat membuat dampak global yang besar. Keputusan memilih antara kenyamanan dengan menggunakan lift dan berlatih menaiki tangga untuk kebugaran sekaligus meminimalisir jejak karbon, terletak pada kita semua.
Think Outside “the Box” Please!
Penulis: Faisol Rahman
Editor: Zakky Ahmad