Jumat, 6 September 2024, Pusat Studi Lingkungan Hidup mengadakan Focus Group Discussion yang bertema “Pemetaan Potensi Karbon Biru sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kepulauan Kei Maluku Tenggara”. Tema tersebut membahas terkait potensi karbon biru yang ada di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Hal tersebut sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang ada di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.
Mendatangkan narasumber yang ahli di bidang karbon yaitu Pramaditya Wicaksono, Dosen Fakultas Geografi UGM dan Tyas Ikhsan Hikmawan, Dosen dari Fakultas Biologi UGM. Acara dimulai sejak pukul 09.00 WIB dan berlangsung selama kurang lebih 60-90 menit. Acara tersebut berlangsung secara hybrid yang dimoderatori oleh Staf Peneliti Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM yaitu Galih Dwi Jayanto.
Acara di awali oleh moderator dengan menyampaikan pembukaan, kemudian memberikan sambutan kepada narasumber. Moderator mengawali pembicaraan, Galih mengatakan memilih kepulauan Kei karena yang pertama sudah pernah di kaji sebelumnya dan target luaran minimal jurnal nasional terindeks Sinta 2. Latar belakang di pesisir ini menarik terkait bahayanya yang besar dan bisa mengancam kehidupan masyarakat di sekitar pesisir sehingga menjadi bahan penelitian yang menarik. Wilayah-wilayah yang ada di pesisir ini sangat rentan karena badai lebih sering dan adanya pola curah hujan yang tinggi. Dampak dari perubahan iklim ini banyak dan macam-macam.
Pemaparan materi dibagi menjadi dua sesi yaitu dimulai dengan sesi pertama oleh Prof Prama.
Beliau memberikan materi dan menyampaikan penjelasan terkait dengan tema tersebut dalam layar ditampilkan adanya peraturan dalam Kementrian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut tentang pedoman teknis penyusunan informasi geospasial habitat bentuk laut dangkal, yang membahas mengenai blue cabon sehingga pemerintah bisa mengacu pada panduan tersebut dalam menyusun laporan atau data penelitian yang akan dilakukan.
Prof Prama juga mengatakan bahwa keanekaragaman hayati mangrove dan lamun di Indoneisa paling tinggi dibandingkan negara lain. Banyak sekali ekosistem maupun biota yang bergantung pada lamun dan mangrove termasuk terumbu karang. Ketika menjelaskan terkait dengan penggunaan Penginderaan Jauh dalam pemetaan potensi karbon biru, terdapat tantangan-tantangan teknis yang harus diselesaikan. Namun dalam pengambilan sampel harus tetap dapat mewakili populasi.
Dalam melakukan penelitian yang penting diperhatikan adalah bagian Input field data yang terdiri dari primary field, existing data, the more the better, represents variations in the study area, has coordinates, dan integrates into spatial resolution of RS imagery. Prof Prama mengatakan dalam memonitoring seagrass harus dilakukan di musim-musim yang sama karena kalo beda musim nanti kesimpulannya bisa berbeda.
Selanjutnya dalam pemaparan sesi yang kedua yaitu Pak Tyas dari Fakultas Biologi UGM beliau mengatakan bahwa blue carbon yang ada di Indonesia dengan pantai terpanjang merupakan salah satu treasure trop atau harta karun yang luar biasa dan hanya bisa digali ketika orang-orang itu memiliki kompetensi untuk menggalinya. Harapannya Pusat Studi Lingkungan Hidup mampu untuk mengembangkan beyond research karena sekarang Indonesia saat ini sudah memiliki pendekatan yang sistematis mengenai dengan karbon management.
Pak Tyas mengatakan bahwa tujuan dari adanya penelitian bukan hanya target luaran junral nasional akan tetapi adalah membantu daerah-daerah yang ada di Indonesia ini dengan memasukkan daerah tersebut kedalam daftar Sistem Registri Nasional Perubahan Iklim. Dalam pemaparan materi beliau menyampaikan bahwa adanya peraturan tentang nilai ekonomi karbon atau (NEK) dalam karbon itu selalu ada dua hal yang pertama adalah complience, berdasarkan hukum, orang tidak akan melakukan carbon trading apabila dia tidak ada complience issue.
Dalam penelitian kalau bisa memasukkan emisi atau serapan gas rumah kaca dinyatakan dalam satuan CO2 ekuivalen pertahun, soil method juga perlu dikuasai karena simpanan karbon paling banyak terdapat dalam tanah. Tidak hanya biomass saja tetapi juga soil organic carbon nya juga diukur karena untuk mengukur by biomass itu insignificant. Ada beberapa dinamika dalam siklus karbon terutama yang ada di mangrove, ada sequestration, storage, release. Serapan karbon hanya mendaptkan 22%, kemampuan menyerap dan menyimpan karbon tiap tipe tutupan hutan itu berbeda-beda ia juga tergantung pada kondisi lingkungan dan perlakuan terhadapnya.
Acara Focus Group Discussion PSLH UGM mengangkat tema yang berjudul “Pemetaan Potensi Karbon Biru sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kepulauan Kei Maluku Tenggara” sebagai media pengayaan kepada khalayak berkaitan dengan SDGs ke-13, yaitu ‘Penanganan Perubahan Iklim” dalam hal ini melalui “Pemetaan Potensi Karbon Biru sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”.