Ulat bawang merah, Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera: Noctuidae), adalah serangga hama utama tanaman bawang merah (Allium cepa L). Tingginya serangan S.exigua (50-100%) dapat menyebabkan usahatani tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut umumnya petani masih bertumpu pada penggunaan insektisida kimia sintetik dengan aplikasi setiap dua hari sekali. Padahal, pemakaian insektisida kimia sintetik yang berlebihan menimbulkan dampak buruk yakni terjadinya pencemaran lingkungan, resurjensi, resistensi, dan musnahnya organisme bukan sasaran.
“Perlu terobosan alternatif pemanfaatan bahan alami (nabati) dari bagian tanaman yang berpotensi sebagai pestisida misalnya dari daun, ranting, batang, kulit, akar dan umbi,” tegas Harwanto pada ujian terbuka program doktor Fakultas Pertanian UGM, Kamis (12/7). Pada kesempatan tersebut Harwanto mempertahankan disertasinya yang berjudul Bioaktivitas Ekstrak Limbah Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.) sebagai Insektisida Nabati untuk Ulat Bawang Merah Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera: Noctuidae).
Harwanto menambahkan banyak contoh bahan alam yang sudah terkenal digunakan sebagai insektisida nabati antara lain daun tembakau dengan kandungan nikotinnya, tepung bunga piretrum dengan kandungan piretrin, akar tuba dengan kandungan rotenon, dan mimba dengan kandungan azadiraktin.
Khusus untuk ekstrak limbah daun tembakau yang mempunyai kandungan nikotin tinggi di Indonesia masih terbatas dilakukan penelitian atau belum banyak diungkap secara mendalam dari aspek ilmiah terhadap S.exigua pada skala laboratorium terutama untuk tingkat toksisitas dari berbagai pelarut, mortalitas dan perkembangan, aktivitas makan, efisiensi konsumsi pakan, dan perkembangan dan penekanan produksi.
“Ini sangat penting karena di lapangan banyak petani memanfaatkan peraman tembakau sebagai bahan untuk mengendalikan S.exigua,” urainya.
Penelitian yang dilakukan Harwanto dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tersebut terungkap bahwa profil kromatografi limbah daun tembakau Madura yang diekstrak dengan pelarut aquades berbeda dengan pelarut lain karena senyawa bioaktif yang terlarut adalah 100% nikotin (C10H14N2) dengan kesamaan indeks 94 yang mempunyai toksisitas 83% (efektif) dengan mekanisme baik melalui mulut maupun kontak untuk larva instar II S.exigua.
“Ekstrak limbah daun tembakau Madura berpengaruh terhadap mortalitas dan perkembangan S.exigua dan tidak berpengaruh terhadap variabel reproduksi,” terang peneliti pada BPTP Jawa Timur itu.
Di akhir ujian Harwanto berharap ke depan ada penelitian lanjutan mengingat banyak permasalahan yang belum terjawab. Penelitian pemanfaatan ekstrak limbah daun tembakau Madura terhadap larva instar II S.exigua kontribusinya masih sedikit dalam khasanah iptek. Selain itu, untuk menjaga tingkat efektifitas ekstrak limbah daun tembakau Madura terhadap serangan hama target maka perlu diperhatikan pada saat aplikasi di lapangan terutama pada musim hujan karena kandungan senyawa bioaktif dalam ekstrak mudah larut dalam air.
Sumber: Humas UGM