Sebuah laporan studi di Amerika menemukan, bahwa sebanyak 91% pembangkit listrik tenaga batubara di Amerika (265 dari 292) yang diketahui telah mencemari air tanah dengan polutan beracun tidak melakukan penaatan hukum terkait upaya pemulihan akibat pencemaran air tanah yang telah terjadi. Pencemaran bersumber dari kolam penampungan abu sisa pembakaran untuk pembangkit listrik. Studi disusun oleh lembaga Earthjustice dan the Environmental Integrity Project dengan mengamati 292 pembangkit batubara yang beroperasi di Amerika.
“Recover Together, Recover Stronger” sudah menjadi slogan yang hampir memenuhi seluruh ruang fasilitas umum di Indonesia sejak awal tahun 2022. Pasalnya, slogan yang diangkat untuk menyambut presidensi Indonesia dalam G20 tersebut memiliki makna penting yang harus ditanamkan kepada seluruh masyarakat.
Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diadakan di Bali pada tanggal 15 – 16 November 2022. Indonesia dipercaya menjadi pihak yang mampu membawa konferensi ini menjadi kerja sama yang harmoni untuk melaksanakan berbagai kesepakatan penting dunia. Salah satu isu penting yang menjadi perhatian dalam konferensi ini yaitu persoalan ekonomi dunia yang juga terancam oleh permasalahan krisis iklim. Oleh sebab itu isu krisis iklim pun menjadi persoalan penting untuk disepakati demi terlaksananya berbagai agenda dunia.
Awal pekan ini, kembali diselenggarakan pertemuan COP ke-27 (COP27) di Kota Sharm el-Sheikh di Mesir. COP (the Conference of the Parties/ COP) 27 adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam kerangka Konferensi Perubahan Iklim (the United Nations Framework Convention on Climate Change/ UNFCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pertemuan yang dihadiri lebih dari 100 pemimpin negara tersebut adalah wujud upaya dunia untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca sehingga dapat mencegah bahaya terhadap sistem iklim, karena “gangguan antropogenik”.
Fenomena ‘Climate Change Denial’ tidak hanya terjadi pada masyarakat yang tinggal di belahan dunia barat, tetapi gejala ini juga menyerang masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh YouGov 30 Juli – 24 Agustus 2020, Indonesia berada di peringkat atas (21%), mengalahkan Amerika Serikat (19%) dan Arab Saudi (18%). Dapat dipahami apabila masyarakat Indonesia yang notabene secara geografis hidup di kawasan yang dilewati garis khatulistiwa mengalami gejala tersebut. Berbagai kejadian dan bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh perubahan iklim dianggap sesuatu yang lumrah atau masyarakat lebih memilih pasrah karena dianggap sebagai musibah.
Pada tanggal 27 Oktober 2022, Lembaga Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNEP (the United Nations Environment Programme) secara resmi mempublikasikan laporan yang berjudul: Emissions Gap Report 2022 (The Closing Window – Climate crisis calls for rapid transformation of societies).
Laporan UNEP Emissions Gap Report 2022 merupakan laporan berkala untuk memantau kinerja dalam rangka membatasi pemanasan global jauh di bawah 2°C dan mengejar target 1,5°C sesuai dengan kesepakatan dalam Perjanjian Paris tahun 2015. Melalui laporan tersebut UNEP telah menyatakan, bahwa Kemajuan yang dicapai saat ini dianggap “sangat tidak memadai” dalam rangka mencapai tujuan dari Perjanjian Paris. Laporan yang disusun sejak tahun 2010 tersebut, setiap tahunnya telah memberikan penilaian berbasis ilmu pengetahuan tentang kesenjangan antara perkiraan emisi gas rumah kaca (GRK) global di masa depan jika negara-negara menerapkan janji mitigasi iklim mereka, dan di mana mereka harus menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM pada hari Jumat, 21 Oktober 2022 mengadakan pelatihan simulasi kebakaran yang di Pandu oleh Tim PK4L UGM dimulai pada pukul 09.00 WIB. Seluruh staf PSLH UGM diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut karena kegiatan tersebut sangat penting untuk menjaga keamanan diri sendiri dan gedung PSLH UGM apabila terjadi kecelakaan kerja seperti kebakaran dan kecelakaan kerja lainnya yang harus di waspadai. Kegiatan tersebut dimulai dengan penyampaian informasi terkait pengenalan alat-alat untuk memadamkan api, yaitu apar dan alat pemadam kebakaran yang berat yang di sampaikan oleh petugas PK4L UGM.
Focus Group Discussion
Rabu, (12/10) Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM mengadakan rangkaian acara bertajuk diskusi yang mengusung tema besar “Indonesia Mung Siji: Prospek Perlindungan Lingkungan untuk Masa Depan Indonesia dan Peranan Akademisi”. Acara pertama yaitu Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pada pukul 10.00 – 12.00 WIB di Ruang Rapat 309 Gedung Sugeng Martopo PSLH UGM. Mengingat persoalan lingkungan merupakan persoalan yang harus diselesaikan dengan melibatkan interdisiplin ilmu, FGD tersebut dihadiri oleh para ahli dan akademisi yang merupakan dosen dari berbagai fakultas di Universitas Gadjah Mada secara hybrid (daring dan luring).