UGM menerima kunjungan delegasi Kementrian Energi Timor Leste, Jum’at (27/1). Rombongan yang dipimpin Alfredo Pires diterima secara langsung oleh Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM, Rio Rini Moehkardi, M.A. Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dosen pembimbing akademik mahasiswa dari sejumlah Fakultas di UGM.
Fakultas Peternakan UGM saat ini tengah meneliti penggunaan bio mulsa di lahan berpasir di Pantai Congot, Desa Jangkaran, Temon, Kulonprogo sebagai alternatif pengganti mulsa plastik dalam bercocok tanam. Bio mulsa yang dimaksud berupa sisa jerami/ pakan yang sudah tidak dikonsumsi lagi oleh ternak, atau dalam bahasa jawa disebut dengan “rapen”.
Hidup sehat memerlukan lingkungan yang bebas dari pencemaran. Salah satu instrumen untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan adalah PROPER. Rumah Sakit merupakan salah satu tempat menyehatkan orang sakit, perlu mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungannya, apakah program yang telah dilakukan telah terhindar dari pencemaran yang berasal dari B3, limbah B3, limbah medis, dll.
Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima kunjungan dari CIRAD Agricultural Research for Development, Perancis hari Kamis (19/12) lalu. Dalam kunjungan tersebut hadir dari pihak CIRAD yaitu Dr. Gilles St Martin (CIRAD Director for Southeast Asian Island Countries) dan Dr. Francois Rogers (CIRAD Head of Animal and Emerging Risk Diseases Unit). CIRAD merupakan pusat riset Perancis yang bekerjasama dengan negara-negara berkembang di dunia untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah- masalah pertanian dan perkembangan internasional. UGM bersama dengan IPB dan Unair dipilih sebagai mitra kerjasama untuk wilayah Indonesia.
Rencana UGM untuk mengembangkan nangka sebagai tanaman budaya di Yogyakarta disambut baik oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo. Menurut Bupati, buah nangka tidak hanya berguna sebagai bahan baku membuat gudeg namun juga kayu pohon tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan perkakas dan mebel. “Pengusaha mebel kayu nangka perlu kita dorong ke arah itu,” kata Bupati dalam diskusi yang berlangsung di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Selasa (24/1).
Sekitar 70 persen masyarakat miskin di seluruh dunia berada di pedesaan. Dan sekitar 80 persen diantaranya bekerja di sektor pertanian, padahal akses lahan untuk pertanian semakin sempit. Akibatnya, pemuda yang berumur 15-24 tahun yang menjadi pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Oleh karena itu, kebijakan penyediaan lapangan kerja di sektor pertanian perlu dipikirkan oleh pemerintah. Salah satunya pemberian akses kepemilikan lahan. Demikian yang disampaikan oleh sosiolog pedesaan asal Belanda Prof. Ben Bhite, Ph.D dalam kuliah umum ‘Rural, Youth and Future Farming’ di Fisipol UGM, Jumat (20/1).
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.300512033334417.100998.185936071458681&type=3