Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Prof.Widjajono Partowidagdo,Ph.D menegaskan bahwa rencana pemerintah menaikan harga BBM sekitar bulan April mendatang akan disertai dengan kesiapan pihak-pihak terkait lainnya seperti Departemen Perhubungan. Tanpa adanya koordinasi dengan pihak terkait tersebut maka kenaikan harga BBM nantinya tidak akan berjalan bagus.
“Tidak akan jalan kalau harga BBM naik tetapi kondisi transportasi umum misalnya masih jelek,”tegas Widjajono pada acara Focus Group Discussion Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas yang digelar Fakultas Teknik UGM di The Energy Building SCBD Jakarta, Kamis (1/3).
Widjajono yakin kenaikan harga BBM di satu sisi akan tetap memberikan berkah kepada masyarakat karena masih ada sebagian dana yang bisa dimanfaatkan untuk sektor-sektor lain dari pengaturan BBM bersubsidi. Apalagi, saat ini beberapa perguruan tinggi juga telah mengembangkan alat penghemat bahan bakar minyak serta konverter kit.
“Jadi, jika ada kenaikan harga BBM tidak akan terasa karena ada alat penghemat BBM yang bisa menghemat BBM 30-50%,”urainya.
Dalam kesempatan tersebut Widjajono kembali mengungkapkan upaya pemerintah yang terus mencari beberapa bahan bakar alternatif selain BBM dan BBG. Pemerintah mulai mencari alternatif lain dengan mengalihkan pemakaian BBM dengan Bahan Bakar Nabati (BBN) salah satunya kemiri sunan karena memiliki kandungan minyak nabati untuk keperluan bahan bakar biodiesel lebih bagus dan lebih ekonomis.
“Ini yang nanti kita juga coba dorong di daerah-daerah bekas tambang batubara karena bisa sebagai tanaman konservasi,” imbuh Widjajono.
Di tempat yang sama Dirjen Migas Kementerian ESDM, Dr.Ing.Evita Legowo mengatakan bahwa rencana kenaikan harga BBM saat ini masih dibahas dengan DPR. Termasuk pengaturan BBM bersubsidi maupun perubahan APBN 2012. Evita juga sependapat dengan Widjajono bahwa program diversifikasi BBM ke gas bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peraturan Presiden yang mengatur tentang hal ini, kata Evita, saat ini tengah disiapkan.
“Nah, khusus angkutan umum untuk konverter kit baik jenis CNG maupun LGV nantinya akan diberikan gratis,” kata Evita.
Sementara itu dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM, Dr.Jayan Sentanuhady menilai kebijakan untuk menurunkan konsumsi BBM bersubsidi dengan mengganti menjadi BBG adalah ide yang sangat bagus, karena akan mengurangi subsidi secara signifikan. Terkait rencana program konversi bulan April mendatang Jayan mengatakan hal tersebut perlu didukung walaupun perlu dilakukan terlebih dahulu kajian berkaitan dengan isu keselamatan gas, jaminan pasokan gas, dan kesiapan infrastruktur.
“Konversi BBM ke BBG akan melepaskan tekanan berat dari anggaran pemerintah akibat kenaikan terus-menerus subsidi energi transportasi,” terang Jayan.
Pemerintah juga perlu memastikan jaminan pasokan BBG di setiap SPBG, pemerataan pembangunan SPBG beserta infrastrukturnya, serta penyediaan konverter kit untuk mobil pribadi. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi safety education bagi pengguna serta kajian mengenai penggunaan BBG dalam jangka waktu lama terhadap reliability mesin.
“Jangan lupa pula pengembangan standarisasi komponen, instalasi, teknisi, dan maintenance sebelum proses implementasi massal dilakukan,” pungkasnya.
FGD yang berlangsung 1-2 Maret tersebut diikuti oleh berbagai unsur baik akademisi, pemerintah, dan kalangan industri. Rekomendasi dan hasil FGD nantinya akan disampaikan kepada Menteri ESDM.
Sumber: Humas UGM