Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan merupakan tempat penampungan sampah yang telah beroperasi sejak tahun 1995 dan merupakan TPA terbesar di Yogyakarta. TPA Piyungan terletak di kabupaten Bantul mencakup 12,5 hektar, dengan 10 ha untuk pembuangan sampah dan 2,5 ha untuk fasilitas kantor. Sampah di TPA tersebut bersumber dari Bantul, Kota Yogyakarta dan Sleman.
Peneliti dari Universitas Nasional Laos, Keophousone Phonhalath mengatakan dari waktu ke waktu, jumlah sampah yang ditampung di TPA piyungan kian meningkat sehingga menghasilkan lindi (air limbah) yang bisa mempengaruhi kualitas air tanah akibat tercemar bahan logam berat dan kimia organik.
Dari hasil penelitiannya terhadap uji kualitas air dan pemodelan transport polutan menunjukkan bahwa lindi TPA Piyungan menyebabkan kualitas air tanah di sekitar area TPA saat ini dalam kondisi buruk. “Oleh karena itu, air lindi harus diperlakukan dengan baik sebelum dibuang lewat sistem pengolahan biologi dan kimia,” kata Keophousone Phonhalath dalam ujian doktor di fakultas teknik UGM, Sabtu (11/2).
Menurutnya, banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan komposisi lindi di TPA Piyungan. Salah satunya pengaruh curah hujan, lebih banyak air yang masuk TPA sehingga lebih banyak lindi yang dihasilkan. Selain itu, topografi lokasi TPA yang mempengaruhi pola limpasan dan keseimbangan air dalam situ.
Kondungan logam berat seperti Mn dan Fe pada air tanah untuk saat ini belum dalam kondisi yang mengkhawatirkan namun demikian konsentrasinya akan meningkat dari waktu ke waktu. Wanita kelahiran Laos 31 tahun lalu ini mengatakan penilaian yang akurat tentang risiko migrasi kandungan logam berat dan kimia organik memerlukan identifikasi daerah potensi bermasalah di sekitar areal TPA di mana konsentrasinya berbeda satu sama lain. “Karena dipengaruhi oleh pergerakan air permukaan tanah,” pungkasnya.
Sumber: Humas UGM