Yogyakarta, Sabtu, 19 Agustus 2023, Pusat Studi Lingkungan Hidup mengadakan podcast rutin yang membahas terkait isu-isu lingkungan di lingkup regional, nasional, maupun internasional. Pada kesempatan podcast lestari (Poles) episode ke-30, topik yang dibahas yaitu mengenai Konservasi Tanaman Hoya dan Pelestariannya, Podcast ini diadakan di Rumah lavia, Jalan Padukan No. 23, Pakembinangun, Pakem, Sleman, DIY.
Mendatangkan narasumber yang ahli dibidang lingkungan yaitu Ibu Hervia Latuconsina beliau adalah Ketua Komunitas PPTHI (Perkumpulan Pelestari Tanaman Hoya Indonesia) yang berasal dari Yogyakarta dan Bapak Purno Jayusman beliau adalah Perintis Konservasi Kebun Hoya Ngawen. Acara podcast yang dimulai sejak pukul 10.30 WIB tersebut berlangsung selama kurang lebih 60 menit yang dimoderatori oleh Bapak Drs. Iqmal Thahir., M.Si.
Diawali dengan pembahasan narasumber yaitu Ibu Hervia Latuconsina terkait dengan Indonesia yang penuh dengan kekayaan alam dan berbagai macama plasma nutha yang ada sisa orchid, anggrek yang dulu dikenal di luar negeri. Beliau menjelaskan bahwa beliau sudah mengenal tanaman hoya sejak tahun 1983 yang ada di Belanda akan tetapi hoya tersebut sebenarnya berasal dari Indonesia yang dulu diambil oleh Belanda. Tanaman hoya merupakan salah satu plasma nutha Indonesia yang harus kita selamatkan jangan sampai dibawa oleh orang luar. PPTHI ini berusaha untuk menjaga dan membudi daya tanaman hoya karena itu merupakan aset bangsa yang sangat berharga, karena tanaman hoya ini sudah dikenal diluar negeri dan sangat dihargai.
Ibu Hervia Latuconsina juga mengatakan bahwa tanaman hoya di Amerika dan di Eropa sudah sangat dikenal dan diteliti di jerman ada 400 jenis dari seluruh dunia. Tanaman hoya ini ditemukan di hutan kemudian di budi daya akan tetapi masayarakat belum tau bahwa bunga hoya ini seperti apa setelah hoya ini diselamatkan dan dibudidaya kemudian akan berbungan. Tanaman hoya ini juga bisa di gunakan sebagai obat TBC. Maka dari itu tanaman hoya ini sangat di tunggu atau diminati oleh orang-orang asing yang sudah mengetahui hoya. Tanaman hoya dari Indonesia tersebut juga bagus kualitasnya.
Kemudian narasumber yang ke dua yaitu Bapak Purno Jayusman diawali dengan awal mula beliau mengenal tanaman anggrek tanah yang dibudidayakan di rumah lavia yang waktu dulu sedang ada festival anggrek. Pak Purno juga menjelaskan bahwa terdapat bermacam-macam tanaman hoya yang ada di Gunungkidul kemudian beliau mulai untuk melestarikan tanaman hoya ini. Di Gunung Kidul masyarakat yang belum mengenal tanaman hoya disebut sebagai benalu yang ada dipohon-pohon besar yang mengganggu sehingga diambil dan dibuang. Akan tetapi oleh Purno Jayusman tanaman hoya yang dilestarikan dan sudah berbunga masyarakat menjadi tau bahwa tanaman yang dianggap benalu tersebut sangat berharga. Kemudian apabila di Gunung Kidul terjadi penebangan pohon jati, masyarakat yang menemukan tanaman hoya kemudian dikumpulkan dan diberikan oleh Bapak Purno Jayusman.
Pada sesi akhir moderator memberikan kesimpulan bahwa tanaman hoya bukan sekedar tanaman biasa atau tanaman yang langka, kalau bisa dibudidayakan tentu saja hal tersebut bisa diambil nilai ekonomisnya.